Entri Populer

Selasa, 23 Agustus 2011

teknologi pengolahan kulit

Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 6 dan 7

PROSES PENYELESAIAN


Terdiri dari:
1. Netralisasi
2. Pewarnaan
3. Pelemakan
4. Pengeringan
5. Pementangan
6. Pengecatan
7. Pemanasan/seterika

Netralisasi  reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit tidak terlalu cepat sehingga zat warna dapat meresap kedalam substansi kulit sebelum berikatan

Tujuan  menetralkan substansi kulit samak dari asam-asam yang terikat maupun yang bebas
 penyamakan krom bermuatan positif sangat kuat  intensitas muatan positif dikurangi  zat warna bermuatan negative tidak terlalu cepat berikatan dengan substansi kulit

Zat kimia  Bicarbonat 2%
Borax 1 – 3 %


Pewarnaan  Pemberian zat warna yang dapat menyerap ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar

 memantulkan warna dari cahaya
 terdapat ikatan rangkap
 yang mengandung gugus cromophore dinamakan chromogen  gugus ethylene, carbonyl, carbomine

Penggolongan zat warna:
1. Zat warna basis
2. Zat warna asam
3. Zat warna substansi
4. Zat warna belerang

Zat warna basis  garam dari basa zat warna –NH2 dengan asam anorganik

berionisasi dalam air : R-HN3Cl R-NH 3+ Cl-

 kurang baik untuk kulit samak krom

Zat warna asam  garam dari zat warna –SO3H dan atau –COOH dengan basa organik
Berionisasi dalam air: R-SO3Na R-SO3- + Na+  asam anionis  bisa untuk krom
Zat warna Substansi  sama dengan zat warna asam tetapi molekulnya lebih besar, reaktif, sensitive terhadap keasaman  pH > 5

Zat warna Belerang  mengandung sulfur dalam molekulnya, larut dalam basis (alkalis)

Pedoman praktis  pelarut air suling
 temperature 80 – 85 0C
 banyaknya air 20 – 25 kali zat warna
 zat warna belerang dilarutkan  Na2S kemudian di filtrasi

PELEMAKAN
 agar kulit menjadi lemas dan lentur setelah dikeringkan
 minyak dalam air (W/O)
 perlu emulgator  teepol, sabun, minyak tersulfon,

Terbanyak digunakan  minyak tersulfon
Fungsi lemak  pelumas serat kulit yang bergesekan  meningkatkan fleksibilitas, kemuluran, dan daya tahan sobek

Asal lemak  hewan dan tumbuhan  minyak wool, minyak ikan, minyak olyf, minyak jarak

Pengikatan lemak  lemak yang masuk ke dalam kulit sebagian diikat oleh serat kolagen

Kulit samak krom  dilakukan pengemulsian
 tinggi derajat sulfonasi  kadar lemak tinggi
 tinggi kadar Cr2O3  pengikatan lemak tinggi
 ikatan terjadi antara lemak dengan krom dan substansi kulit

Metode Pelemakan:
1. Meminyaki permukaan dengan menulas
Kulit sebelum dikeringkan  zat penyamak tidak keluar, cegah oksidasi, rajah lebih elastis  minyak ikan, campuran minyak ikan dan minyak mineral, minyak tersulfon

2. Pelemakan pada tong berputar
Tujuan sam air 500C  hasil lebih bagus
3. Pencelupan pada lemak panas
Tujuan  memasukan lemak padat pada jaringan kulit (impregnasi)  kulit teknis  paraffin padat, wax, talg, dan hars  suhu 850C  sisa lemak dicuci pakai larutan soda dan dinetralisir dengan asam
4. Melicker
 untuk kulit box, sandang, dan kulit ringan lainnya
 minyak atau lemak tersulfon, sabun, kuning telur, dan vetalkohol sulfat
Pengenceran  tambah emulgator diencerkan dengan air panas sedikit-sedikit
Cara  kulit diputar dalam 100 – 200% air 30 – 400C  masukan cairan licker dan diputar 45 – 60 menit

Pengeluaran air dan pengeringan kulit samak
 air dikeluarkan secara mekanis  dijemur/diagin-anginkan
Faktor berpengaruh 1. Struktur tenunan
2. Zat higroskopis dalam kulit
3. Kadar air udara
4. Suhu udara
5. Aliran udara
Pengeringan nabati  Rh 94% - 60 %; keceptan udara 40 – 70 m/mnt; T 24-250C

Pengerjaan berikutnya  mekanis : 1. Pengetunan (Stacking)
2. Pementangan (Recking/toggling)
3. Penghampelasan (buffing)
4. Perapihan (trimming)

PENGECATAN
Pengecatan  warna hanya melekat di permukaan dalam media bahan perekat
Komponen zat 
1. zat warna (pigmen)
Zat anorganis mengandung logam (Pigmen kuning = PbCr4/Pb kromat, CaS/calsium sulfide; Pigmen merah = Fe2O3 /besi oksida, Pb3O4/ timbale oksida; Pigmen biru= FeCl6; pigmen hitam  jelaga)
2. bahan perekat (binder)
Fungsi melekatkan warna dan memperbaiki permukaan kulit
Contoh  collodium, varnish, casein, albumine, dextrin, dan bahan plastik
3. pelunak (softener)
Fungsi  memperlunak bahan perekat yang umumnya keras dalam keadaan kering sehingga memenuhi syarat-syarat elastisitas kulit
Contoh  tributyl phosphate (C4H9)3PO4, triphenyl phosphate (C6H5)3PO4, diaethyl phtalat C6H4(COOC2H5)6, dibuthylptalat C6H4(COOC4H9)2

Golongan Cat  didasarkan nama bahan perekatnya:
1. Cat kollodium
2. Cat protein
3. Cat plastik

Untuk kulit sandang (jaket)  cat protein  bersifat porus untuk bernapas dan penguapan air.

Pelarut  bensin, bensol, toluene, xylol, methyl alcohol, aethyl alcohol, buthyl alcohol, keton, ester, aethyl acetate dan aether

Contoh:
Pigmen : Eukanol schwart ………………………… 100 gr
Perekat : Cacein ……………………………………. 30 gr
Pelarut : Amoniak …………………………………. 8 cc
Pelunak : Turkish Red Oil ………………………….. 8 – 12 cc
Pengkilat : Eukanol Glanz N …………………………. 20 – 30 cc
Pengencer : Air ………………………………………… sd/ 100 cc

Cara  pewarna pakai sikat  pakai kwas/sprygun

Fiksasi  untuk mengikat zat warna
Cat protein  semprot formalin, press panas, glacing machine, rol press (kulit sol)

Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 3 dan 4

PROSES SIAP SAMAK


Tujuan: Membuat Kulit dalam Keadaan Siap Untuk Dikerjakan Dalam Larutan Penyamak  Beam House

Keperluan Air : 5 -6 m3 untuk Tiap 100 kg Kulit

Macam-Macam Air:
1. Air Hujan
2. Air Tanah
3. Air Permukaan (sungai, rawa, danau)  perlu di jernihkan

Zat yang perlu diperhatikan dalam air: - Ca dan Mg  kesadahan air:
1. Kesadahan sementara  dihilangkan dengan pemanasan
2. Kesadahan tetap

Penentuan Derajat Kesadahan:
1. 10 Kesadahan Jerman (0 KD) = 1 mg CaO/100 ml air
2. 10 Kesadahan Perancis (0 KP) = 1 mg CaCO3/100 ml air
3. 10 Kesadahan Inggris (0 KI) = 1 mg CaO/70 ml air

Pembagian jenis air menurut derajat kesadahannya:

Jenis Air Kesadahan (0 KD)
Air Lunak 0 – 8
Air Setengah Lunak 8 – 16
Air Sadah 16 – 20
Air Sangat Sadah > 20

Metoda Penurunan Kesadahan Air:
1. Metoda Kapur Soda Ca(OH)2 dan Na2CO3
2. Metoda Permutit  SiO2Al2O3Na2O.6H2O
3. Metoda Wolfatit (W)  bahan syntetis

Persyaratan air untuk proses kulit:
1. Bersih dan jernih
2. Tidak sadah
3. Logam atau zat besi < 5 mg/liter
4. Kwantitas cukup


PELEMASAN ATAU PERENDAMAN

Tujuan: 1. Rehidrasi kulit kering atau kulit awet
2. Membersihkan kulit dari kotoran
3. Menghilangkan garam/zat kimia proses pengawetan
4. Melarutkan protein lain

Zat Kimia: zat memiliki sifat desinfektan dan pembasah (wetting agent)  teepol, molescal, cismolan

Cara Kerja: 1. Kulit kering  800% - 1000% air
molescal atau cismolan 1- 2 permil
Asam Formiat 1 – 5 permil
NaOH dan KOH 1 – 2 permil

2. Kulit Pikel  Netralisir dengan NaHCO3 1 – 2 permil
3. Kulit Garaman  R1/ Rendam 12 – 24 jam, tambah desinfektan
R2/ Air mengalir


PENGAPURAN
Tujuan: melepaskan epidermis beserta bulunya dan membuka tenunan kulit
Menyabunkan lemak agar mudah larut dalam air untuk dibuang

Zat kimia: - Sulfida  Na, Ca, NH2, dan As
 merusak membrane basalis  epidermis lepas dan bulu lepas
 memutus jembatan S – S dari sistin menjadi sistein
- Hydroksida  Ca, Ba, Na, K
 membuka tenunan kulit

Cara Kerja: 1. Cara peleburan  memperoleh “bulu hidup”
Kulit dihamparkan setelah perendaman  bagian sub cutis dilabur
dengan adonan:
R : Na2S : 2 – 4% dari bobot kulit basah
Ca(OH)2 : 5 – 10% dari bobot kulit basah
H2O : 300% dari bobot kulit basah
Biarkan 1 – 2 jam  digerus degan pisau cuci bersih  rendam
dalam larutan Ca(OH)2

2. Cara perendaman
R : Na2S : 2 – 4 %
Ca(OH)2 : 5 – 10%
H2O : 300%
Perlu diaduk  buka tenunan


BUANG KAPUR
Tujuan: Agar kapur yang ada pada kulit menjadi hilang/berkurang

Cara membuang Kapur:
1. Kapur bebas
 dicuci dengn air biasa

2. Kapur terikat
Zat kimia : asam organic  HCl, H2SO4,
Asam anorganik  HCOOH, CH3COOH
Garam  (NH4)2SO4
Preparat khusu  decaltal
Alat pengetes  larutan penolphtheline (PP)


PELUMATAN (BATTING)
Tujuan  membuka tenunan kulit lebih sempurna dengan system enzim

Enzime  protease dan lipase
Oropon

Faktor-Faktor yang berpengaruh:
1. Temperatur, 50 0C
2. pH  7,5 – 8,5
3. Aktivator  garam ammonium

R/ Bahan Pelumat
Air 500C, 300%
Enzilon

PICKLE
Tujuan : mengawetkan kulit, dan menyiapkan kulit agar dapat langsung disamak
Menurunkan pH kulit menjadi 3

Zat Kimia: asam  H2SO4, HCl, HCOOH
Garam  NaCl, Na2SO4

Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 4 dan 5

PROSES PENYAMAKAN


Penyamakan adalah suatu rentetan pengerjaan pada kulit dengan zat-zat atau bahan-bahan penyamak sehingga kulit yang semula labil terhadap pengruh kimia, fisis, dan biologis menjadi stabil pada tingkat tertentu

Secara Garis Besar Bahan Penyamak:
1. Organik
- nabati
- syntetis
- lemak
- aldehyd
2. Anorganik (mineral)
- crom
- alumunium
- ferum
- zingkum

Secara Praktis Bahan Penyamak dibagi:
1. Nabati
2. Syntetis
3. Aldehyde dan Minyak
4. Mineral

Nabati: substansi yang terdapat didalam bahan penyamak yang mempunyai daya dapat merubah kulit mentah menjadi kulit samak
- Tidak dipikel
- Cotoh: kulit sol, splitidico, pakaian kuda, kulit teknis, dan kulit lapis
- Tumbuhan Penghasil: - Mimosa,eik, mangrove dan frichten  bark
- Quehrancho, kastanin  kayu
- Valonen, trillc, divi-divi, algorabilia, myrobalam  buah
- Sumak, gambir  daun
- Produksi Dunia: - Quebracho 38%
- Mimosa  16%
- Kastanin  10%
- Eik  6%
- Mirobalan 5%
- Valonea, trillo, fitchen  4%
- Gambir  3%
- Lainnya 18%
- Mangrove: - Rhizophora Mucornata, Rhizophora Conlugata
- kadar zat penyamak  24 - 40%
- warna terlalu merah gelap, hasil samak tidak berisi
- Quebarcho: - Quebarcho lorentzi  ekstraksi kayu
- Gambir: - Uncaria Gambir  ekstrak daun dan ranting
- Sifat umum: - berat molekul tinggi, kompleks, gugus hydroksil phenolis
- rasa astringen (sepat)
- membentuk endapan dgn larutan garam berat
- endapat dgn gelatin
- warna biru tua
- bereaksi asam  COOH
- Procter & Stenhouse, membagi penyamak nabati pada 180 – 200 0C:
- Pyrogallol  C6H3(OH)3
- Pyrocatechin C6H4(OH)2
- Freudorberg, membagi atas sifat zat penyamak:
- zat penyamak dapat terhidrolisis asan fenol
- zat penyamak terkondensasi  ekstrak  katechine
- Teori penyamakan nabati:
1. reaksi antara –NH3+ dari kulit dengan anion zat penyamak  perlu kondisi asam
2. pengikatan semi polar
3. reaksi fisik  adsorbsi zat penyamak oleh serat kulit
- Metode penyamakan nabati:
a. Metoda lama:
1. Farbengang  pencelupan awal pada 6 – 8 bak  12-16 hr
2. Versenk  pencelupan dalam zat penyamak 30Be  1 mg
3. Versatz (penjenuhan)  sama dg versenk 4-6 bln
b. Metode dipercepat
1. Farbengang dan versenk  sama
2. diputar pada tong 6 – 8 rpm selama 3 hari, pada cairan zat penyamak 12 -16 Be.
c. Metoda cepat
1. langsung menggunakan tong putar 4 – 8 rpm selama 5-7 hari pada larutan penyamak 8 -15 Be

Syntetis: bahan penyamaknya hasil syntetis  Neradol D dari Stiasny 1911

- Penggolongan secara umum:
- Syntesis alifatis  derivat paraffin  sulfonat, alcohol, lemak
- Syntesis aromatis  phenolis, non phenolis, bensol, kresol, katachin, aniline, nitrobensol
- Penggolongan secara praktis:
- zat penyamak pembantu  tidak punya daya menyamak  memperbaiki proses penyamakan  asam-asam sulfon
- zat penyamak pengganti  menggantikan zat penyamak  resin syntesis
- zat penyamak kombinasi  sebagai pembantu atau pengganti  basyntan, tanigan, irgatan

Minyak/Lemak: dapat menyamak  trygliserida tak jenuh  angka yodium 120-160
- Teori pengikatan minyak pada kulit:
- Knap  lemak diserap kulit kemudian oksidasi  asam oxy berikatan dengan kulit
- Fahrian,  oksidasi ikatan rangkap 2 atom O  peroksida O-O bereaksi dengan gugus amino dari kolagen
- Mathur  hydrolisa triglyserida  lemaknya terpisah  asam oxy yg berikatan dengan kolagen

Aldehyd: hanya untuk kombinasi terutama pada kulit suede.
- Reaksi pengikatan:
1. pengikatan methyloamine
2. pengikatan methylol pada rantai peptida

Mineral: sebagai bahan penyamak utama  logam dapat membentuk molekul besar yang mempunyai daya menyamak kulit  krom, alumunium, ferum, cobalt, ziroonium

- Kimia krom : - valensi 2,3,4,5,6,7
- masking  sisa asam dalam molekul komplek  reaktifitas berkurang  baik untuk permulaan penyamakan
- hydrolisa krom oleh air (Cr……H2O)  (Cr….OH)- + N+
- agregasi  olation (pengikatan molekul yang sama menjadi lebih besar dengan menghasilkan air)  Polymerisasi (pengikatan molekul yang sama menjadi lebih besar tanpa mengeluarkan air)  daya menyamak
- basisitas  perbandingan antara valensi OH dan valensi Cr  Cr +++ 0%; Cr(OH)++Cl2 33,33%; Cr(OH)2+Cl 66,66%; Cr(OH)3 100%.
- Teori Penyamakan krom
- Teori Knap  pengendapan krom pada serat-serat kulit
- Teori Thomas, Kelly, Wilason (teori ionogen) ikatan zat penyamak pada kolagen terjadi oleh ion-ion sehingga terbentuk garam
-Teori Stiasny (teori koordinasi kompleks)  ada ikatan coordinatif antara krom kompleks dan kolagen
- Teori Gustavson (teori zwiter ion)  mula-mula terjadi ikatan antara kation kompleks dengan kolagen kemudian terjadi ikatan koordinatif antara gugus peptide dari kolagen dengan kompleks krom
- Prosedur penyamakan krom
- dilakukan pada drum berputar, haspel, bak aduk  Bantu penyerapan zat penyamak
- Kulit dimasukan dalam drum putar
- Air 70% dari berat bloten + garam 2% putar 5 menit
- masukan krom, putar 2 jam
- tambahkan Na2CO3 9% dari jumlah krom, 4 X 15’  basisitas naik, putar 3 jam  pH 4,5
- kematangan penyamakan  uji didih  ambil sepotong kulit, ukur dengan sedikit tarikan, masukan dalam air mendidih 10’, ukur kembali kalau berkerut penyamakan belum baik

Resume Kuliah 1 dan 2

DASAR TEKNOLOGI KULIT
Timbulnya ilmu ini bersifat empiris.
Umpamanya:
• Orang Indian kuno (INCA) mencoba-coba merendam kulit hewan segar dalam rendaman kulit kayu yang rasanya kesad ( Gambir, Mangrove, Mimosa, Golongan Dicotyledon)
• Orang Eskimo mencoba dengan otak beruang ternyata membuat kulit hewan menjadi awet dan lebih lemas (Kulit Beludru)

Dengan berkembangnya ilmu kimia, fisika, ilmu teknologi kulit ini mengikutinya.


A. ASPEK UMUM

PENGERTIAN KULIT
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang penting besarnya ± 10-12% dari tubuh.

FUNGSI KULIT
1.Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
2.Memelihara temperatur tubuh
3.Organ peraba.
4.Menyimpan lemak dalam lapisan subcutan
5.Memelihara tubuh.
6.Rambut mempunyai fungsi sebagai isolasi untuk mencegah kepanasan/kedinginan.
7.Warna bulu dapat digunakan untuk menyamar.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kulit yang dihasilkan baik kualitas/kuantitasnya adalah:
1. Umur
2. Jumlah dan kualitas pakan yg diberikan
3. Jenis ternak
4. Penyakit
5. Cara pemeliharaan
6. Jenis kelamin
7. Musim
8. Cara penanganan dan pengolahan kulit.

 PENGULITAN
Adalah suatu kegiatan memisahkan kulit dari tubuh ternak yang sudah disembelih, sehingga dihasilkan kulit segar.

KULIT : 1.Kulit mentah/segar
2.Kulit mentah/kering
 Penjemuran /ruang pemanas

KULIT MENTAH
Yang dimaksud kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari hewannya sampai yang telah mengalami proses-proses pengawetan.

Pada umumnya hewan : (Mamalia, Reptil, Aves, Pices, Amphybia)  kulitnya dapat
diawetkan/disamak

Paling banyak digunakan adalah kulit :
 Sapi, kerbau, kambing, dan domba

Untuk keperluan khusus:
 Anjing, beruang, buaya, ular, dan ikan.

Kulit hewan pada umumnya mempunyai sifat alami yang sangat bervariasi.
Diantaranya :
• Faktor umur
• Keturunan
• Lingkungan
• Management
• Bangsa (Breed) dll

Contoh:
• Kulit sapi FH ≠ Sapi potong Ongole
• Kulit sapi FH jantan ≠ Sapi FH betina
• Kulit sapi FH tua ≠ Sapi FH muda
• Kulit sapi FH kurus ≠ Sapi FH gemuk
meskipun satu bangsa.


B. SIFAT UMUM KULIT MENTAH

Kulit mentah bersifat mudah busuk.
Sesuai dengan bentuk badan hewan, kulit dibagi menurut jaringan collagen yang terpadat, longgar bahkan sampai ke tipis.
Diantaranya:
• Punggung
• Perut
• Kaki
• Leher
• Ekor
• Kepala

Daerah satu dan lainnya mempunyai sifat yang berbeda. Secara lateral (sisi), Daerah punggung tertebal dan berangsur-angsur menipis kedaerah perut.


C. SIFAT FISIK KULIT MENTAH

1. MAKROSKOPIS
Berbagai hewan mempunyai bentuk kulit mentah yang berbeda sesuai dengan bentuk hewannya.
Contoh:
• Kulit ular memanjang dan bersisik
• Kulit babi bundar
• Kulit buaya mempunyai lapisan tanduk
Berbungkul-bungkul.
• Kulit kambing mempunyai bulu rambut
• Kulit domba berbulu ikal

Bentuk kulit yang dipakai sebagai dasar adalah bentuk umum dari hewan sapi, kerbau, kambing, dan domba.


Untuk memperoleh hasil yang mendekati homogenitas, maka kulit dibagi secara tofografi menjadi beberapa daerah:

a. Daerah croupon (butt)
b. Daerah kepala dan leher
c. Daerah kaki, perut, dan ekor


PERTUMBUHAN KULIT
Tumbuh pada fase embrionik minggu ke 4 – 5
Berasal dari dua bagian embrionik:
a. Epidermis  ectoderm
b. Dermis  mesoderm

2. MIKROSKOPIS
Secara histologis kulit hewan dibagi menjadi 3 bagian :
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis/corium/cutis
c. Lapisan hypodermis/sub cutis

A. Epidermis
- Lapisan bagian luar, terdiri dari sel-sel keratin, sel-sel epithel yang dapat berkembangbiak.
- Berstruktur seluler
- Tebalnya 1% dari tebal kulit
- Kulitnya keras/banyak sel-sel tua/sel-sel mati

- terdiri dari 5 lapisan ( dalam  luar)
1. Stratum Basale/Germinativum
2. Stratum Spinosum
3. Stratum Granulosum
4. Stratum Lucidum
5. Stratum Corneum.

B. Dermis/corium/cutis
- Bukan sel-sel, tetapi berupa serabut-serabut yang tersusun seperti anyaman yang halus.
- Tenunan pengikat yang padat, yang kepadatannya tergantung pada jenis ternak, umur.
- Serabut terdiri dari serabut kolagen, elastin dan retikulin  menentukan kulit jadi.
- Disebut kulit sebenarnya, karena merupakan bahan dasar utama dalam proses penyamakan kulit yang akan diubah menjadi Leather.
- Tebalnya ± 80-85% dari tebal kulit.
- Lapisan ini dibedakan menjadi 2 bagian:
a. Pars papilaris (luar)
b. Pars reticularis (dalam)
 antara kedua bagian ini tidak ada pembatas
yang jelas.

a. Pars papilaris:
- Menembus kedalam papilar
- Lapisan tipis, mengandung serabut penyambung yang jarang.
- Mempunyai fungsi khusus yaitu menghubungkan khorium dan epidermis.
- Daerah kantong rambut, sel lemak kelenjar keringat, kelenjar lemak dan kelenjar sebaceous.
- Menentukan rupa dari kulit samak
- Serabut kolagen, elastin yang bertanggungjawab terhadap elastisitas dan kekuatan kulit.


b. Pars Reticularis
- Lebih tebal dari Pars papilaris (tebal pada hewan besar = 75 -85%, pada hewan kecil 45-50%)
- Terdiri dari jaringan penyambung yang padat
- Sel-sel lebih sedikit, serabut tenunan pengikat yang lebih banyak daripada sap papilaris
- Serabut kolagen, elastin yang teratur
- Terdapat pembuluh darah, serat-serat dan tenunan lemak.


C.Hypodermis/Sub cutis
- Lapisan terdalam dari kulit
- Terdiri dari jaringan penyambung yang menghubungkan khorium secara longgar dengan bagian tubuh yang berdekatan  memungkinkan dapat bergeser terhadap bagaian tubuh.
- Terdiri dari kolagen, elastin dan sel-sel lemak
- Pada proses penyamakan kulit lapisan ini dibuang secara mekanik dalam proses Fleshing


D. SIFAT KIMIA KULIT MENTAH
1.Unsur pokok non protein
a. Lipid…………………… 1,5%
b. Karbohidrat………….. 0,4 – 1%
c. Mineral……………….. 0,5 %
d. Enzym…………………. sedikit
e. Vitamin………………… sedikit

2.Unsur pokok protein
a. Protein berbentuk (Fibrous protein)
- collagen
- keratine
- elastin
b. Protein tak berbentuk (Globular protein)
- Albumin
- Globulin












II. PENGAWETAN KULIT

Sebelum dilakukan proses pengawetan, kulit harus dalam keadaan bersih dari kotoran: (feses, urine, tanah, dll).

Kotoran dapat menyebabkan:
• Hasil pengawetan kurang baik
• Kebusukan dipercepat

Pembersihan kulit segera dilakukan setelah pengulitan.
Pengawetan harus dilakukan paling lama 5 jam setelah pengulitan.

Prinsip umum pengawetan kulit:
• Pengeringan
• Penambahan bahan-bahan pengawet

Tujuan:
• Mematikan bakteri pembusuk
• Menonaktifkan bakteri yang masih hidup

Perlakuan Kadar air kulit maksimal (%)
Pengeringan
Bahan pengawet
Kombinasi 12-15
40
25-30

Pengeringan:
• Penjemuran
• Pendiangan
• Mesin pengering






A. Pengawetan dengan Penjemuran

Cara ini dilakukan di negara-negara tropis.
Negara produsen : India, Cina, Afrika, Amerika Serikat, dan Indonesia

Bahan pengawet 
Senyawa Natrium arsenat, Cortimol G, Formalin, Antimusin Cp, Garam jenuh.

R/ Larutan 1-2% arsen 5 menit
Atau 1-2 ‰ cortimol
Atau 2 gr/liter

Cara kerja :
Kulit dicelupkan ke dalam larutan arsen/cortimol. Pentangkan pada bingkai, jemur dengan kemiringan 600, permukaan daging mengarah ke atas, menghadap utara-selatan.

Lama penjemuran:
Kulit tebal (sapi, kerbau, kuda)…………….. 2-4 hari
Kulit tipis (domba, kambing, kelinci)……… 1-2 hari

B. Pengawetan dengan Garam

Pengawetan dengan cara ini dilakukan sebagai pengawetan sementara.

Garam yang biasa dipakai :
• NaCl
• Garam khari (NaCl 50% + Na2SO4 50%)

Garam khari : mempunyai sifat menarik molekul air untuk pembentukan kristalnya sehingga sifat higroskopis dari garam NaCl dapat dikurangi.



Garam yang baik mengandung Ca & Mg ≤ 2%

Pengawetan kulit dalam jumlah besar diperlukan khusus dengan syarat:
1. Tidak mudah insekta untuk tumbuh & berkembang biak.
2. Orang dapat bergerak bebas untuk mengerjakannnya.
3. Lantai berlapis beton, dengan kemiringan 100 dari garis horisontal (ada juga dengan lantai cembung).

Cara Penggaraman I (kering)
NaCl 40% dari berat kulit dapat disimpan selama 1 bulan.

Cara Penggaraman II (basah)
NaCl 30% dari berat kulit dapat disimpan selama 3 minggu.

Yang perlu diperhatikan dalam penggaraman.
1. Kemurnian garam  hasilnya lebih baik
Terlalu tinggi kadar Ca & Mg  sangat higroskopis
Beberapa zat logam  menyebabkan warna-warna
yang tidak disukai & sukar dihilangkan
2. Jangan menggunakan garam bekas
3. Kulit segar harus bersih dari tenunan lemak
4. Tumpukan kulit jangan terlalu tinggi


C. Pengawetan Dengan Pickle
Pickle adalah cairan yang terdiri dari. Larutan garam dapur (NaCl) dengan asam.
• H2SO4
• HCOOH (formiat)




Garam bersifat : mencegah pembengkakan kulit
oleh asam.
Asam bersifat bakteriostatik.

Kulit yang diawet tahan selama 1 tahun rendaman dilakukan oleh pabrik kulit besar (efisiensi dalam produksi)

Keuntungan:
1. Mutu kulit segera diketahui, bersih dari bulu dan kotoran lain.
2. Ruang angkat menjadi lebih kecil
3. Dapat langsung disamak  eksport

Resep pickle:

R/ Air : 100%  dari bobot kulit siap samak
NaCl : 10-20% pH : 3,5 – 4,0
H2SO4: 1,5-2,3%

R/ Air : 100%  dari bobot kulit siap samak
NaCl : 8% pH : 3,5 – 4
HCOOH: 0,8%
Bila diperlukan tambah fungisida/insektisida

D.Pedoman Kulit Awet
Menilai kulit awet:
1. Penciuman : memasuki ruang khusus (gudang)
Tercium bau busuk  ada kerusakan

2. Inspeksi
Dilihat lembar demi lembar dan perhatikan
• Kulit harus bersih
• Telentang dengan baik
• Warna yang merata
• Tidak ada warna yang mencurigakan


3.Palpasi
• Daerah yang dicurigakan diraba, ditekan bandingkan dengan baik
• Mencabut bulunya, yang busuk biasanya lebih lunak

Klasifikasi Nilai Mutu Kulit Awet
1. Primer  mutu yang terbaik
2. Intermediates  mutu pertengahan
3. Seconds  mutu kedua
4. Thirds  mutu ketiga
5. Rejects  mutu yang ditolak

SNI No ;

ISTILAH KULIT
1. Hide : Berasal dari kulit hewan besar yang dewasa (sapi, kerbau, badak, unta, paus) yang beratnya untuk setiap lembar kulit 15 kg atau lebih.

2. Skin : Berasal dari kulit hewan kecil yang sudah dewasa (domba, kambing, babi, unggas, reptil, ikan) yang beratnya kurang dari 15 kg atau dapat juga dipakai untuk kulit hewan besar yang belum dewasa (anak sapi, anak kuda).

3. Fur : Istilah yang digunakan untuk kulit berbulu yang telah mengalami proses penyamakan (domba, kelinci, minx, fox).

4. Pelt : Istilah yang digunakan untuk kulit berbulu yang mentah segar (belum disamak).

5. Furskin : Istilah kulit bulu yang telah diawetkan.

6. Rawhide : Istilah kulit yang tidak berbulu dan
telah mengalami pengawetan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar