Entri Populer

Jumat, 12 Agustus 2011

ANALISIS EKONOMI USAHA PENYAMAKAN KULIT

Dalam Analisis Ekonomi usaha penyamakan kulit perlu diketahui bahwa:
  • Kulit dijual dalam satuan luas (per square foot), sehingga dalam perhitungan ekonomis kita menggunakan satuan tersebut.
  • Pengecualian untuk sole leather dijual dalam satuan berat dan kulit-kulit yang dibuat secara khusus yang mungkin dijual perlembar atau dalam penghitungan lain seperti halnya kulit fur, dan reptil.
Komponen utama biaya langsung (variable cost) pada industri pengolahan kulit :
  1.  bahan baku (kulit), 
  2. bahan pembantu (zat kimia), 
  3. tenaga kerja langsung, air, listrik, 
  4. penanganan limbah, dan 
  5. biaya pemeliharaan.
Komponen Biaya tidak langsung (overhead cost) pada industri pengolahan kulit diantaranya :
  1. biaya administrasi,
  2. supervisi,
  3. penjualan,
  4. transportasi,
  5. komunikasi,
  6. sewa,
  7. bunga bank, pajak, asuransi, dan
  8. penyusutan gedung dan peralatan.
Biaya langsung (variable cost)
Variable cost adalah biaya yang langsung dipengeruhi oleh banyakya (unit) barang yang diproduksi. Untuk pengolahan kulit yang termasuk biaya langsung (variable cost) adalah sebagai berikut: Bahan baku (kulit mentah) harganya sangat berfluktuasi mencapai 50% tergantung pada ketersediaan kulit mentah dan permintaan pasar. Kulit mentah dibeli dengan satuan berat atau satuan lembar sedangkan penjualan dilakukan dalam satuan luas. Rasio luas yang dihasilkan diekspresikan dalam satuan sq ft per kg. Rasio tersebut dipengaruhi oleh jenis ternak, waktu pemotongan, dan teknik pengulitan.
- kulit garaman dengan berat lebih dari 20 kg
menghasilkan kulit jadi dengan luas 1 – 2 sq
ft/kg, dengan rataan 1,5 sq. ft./kg;
- kulit garaman dengan berat antara 10 – 20 kg menghasilkan kulit jadi dengan
luas 2,0 – 2,5 sq ft/kg
- kulit kecil (skin) dengan berat kulit garaman dibawah 4 kg menghasilkan
kulit jadi dengan luas antara 3,0 – 4,0 sq.ft/kg
Kulit mentah mengalami penyusutan sampai dengan 10% dari rasio tersebut, tergantung pada sumber kulit mentahnya. Biaya kulit mentah dapat mencapai 50% atau lebih dari total biaya kulit jadi, sehingga biaya kulit mentah menjadi factor utama yang diperhatikan oleh perusahaan pengolahan kulit.
Berkenaan dengan kontribusi biaya kulit mentah yang sangat besar maka sebaiknya proses penyamakan kulit dilakukan dengan hati-hati agar kulit tidak rusak. Penanganan yang harus hati-hati terutama melakukan penyesuaian antara tebal kulit mentah dengan permintaan ketebalan kulit jadi sehingga dapat mengurangi hilangnya kulit karena splitting dan shaving; meminimalisir limbah trimming; menghindari kerusakan mesin yang dapat menjadikan kulit bolong atau sobek. Maksimal kerusakan kulit pada proses produksi adalah 5%.
Kulit mentah dibeli secara keseluruhan/borongan, sehingga dapat berpengaruh apabila kualitas kulit jadinya banyak yang low grade apalagi kalau sampai banyak yang reject. Kulit mentah yang low grade apabila ingin dinaikan grade-nya dibutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit yang bahan bakunya memang sudah baik, oleh karena itu apabila akan membeli bahan baku harus dilakukan sortir (quality control) sebaik-baiknya.
Bahan pembantu (zat kimia) termasuk zat kimia untuk soaking, liming, tanning, peminyakan, pewarnaan, finishing dan lain-lain. Bahan kimia untuk proses basah (beam house) biasanya dihitung berdasarkan berat mengacu pada berat kulit mentah, proses tanning didasarkan pada berat bloten, proses dyeing didasarkan pada berat shaving, dan bahan kimia yang digunakan pada proses finishing dihitung secara keseluruhan tidak hanya zat kimia yang menempel pada kulit tetapi dihitung secara keseluruhan termasuk dengan zat kimia yang terbuang (over spray, kelebihan mencampur, dll).
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi kulit seperti tenaga kerja pada bagian beam house; proses tanning; proses drying, shaving, dan splitting; proses persiapan untuk finishing; dan proses finishing. Apabila seluruh biaya tenaga kerja langsung kita hitung maka komposisinya adalah sebagai berikut: beam house 12%; proses tanning 11%; proses drying, shaving, dan splitting 25%; persiapan untuk finishing 24%; dan proses finishing 28%. Pada umumnya kulit yang dapat dihasilkan per jam kerja tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: 17 sq ft per jam untuk kulit besar, 14 sq ft per jam untuk kulit sedang, dan 10 sq ft per jam untuk kulit kecil.
Utility, termasuk didalamnya adalah air, energi (listrik, panas, dan lampu), penanganan limbah, maintenance mesin. Besarnya biaya untuk utility tergantung dari kulit yang diproses, skala pabrik, lokasi, dan fasilitas yang ada.
Biaya tidak langsung (overhead cost)
Overhead cost adalah biaya yang tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya (unit) barang yang diproduksi biaya ini dikenal juga dengan istilah biaya tetap (fixed cost), untuk memperkirakan biaya tidak langsung biasanya didasarkan pada data historis perusahaan atau mengacu pada data perusahaan lain yang sejenis dengan skala usaha yang sama. Dalam situasi era perdagangan bebas, produksi dapat sangat berfluktuasi tidak hanya jumlahnya tetapi juga jenis produk yang diproduksi, hal ini tergantung pada ketersediaan produk dan permintaan pasar karena beberapa produk kulit bersifat seasonal. Walaupun produksi berfluktuasi tetapi biaya tetap pada umumnya relative tidak berfluktuasi. Biaya tidak langsung pada industri penyamakan kulit berkisar antara 10% – 20% dari total penjualan.
Kecepatan waktu roduksi dipengaruhi oleh kecepatan proses dari bahan baku sampai menjadi kulit jadi (leather) dan akan berpengaruh terhadap kecepatan penjualan pula. Kecepatan waktu produksi ini berpengaruh terhadap perputaran modal (capital turnover), semakin cepat produksi semakin cepat dijual sehingga semakin cepat pula menerima pembayaran. Semakin pendek waktu mengeluarkan uang untuk proses produksi dengan penerimaan uang dari konsumen maka biaya modal menjadi lebih sedikit. Kecepatan waktu produksi juga berpengaruh terhadap kuantitas produksi dan kuantitas penjualan sehingga total biaya produksi menjadi lebih efisien.
Peningkatan efisiensi produksi dapat dilakukan dengan menggunakan pabrik, tenaga kerja, dll secara maksimum. Melakukan pengiriman sesuai dengan jadwal tanpa ada penundaan jadwal pengiriman, mengidentifikasi dan memperbaiki bottleneck di pabrik, waktu terbuang bagi tenaga kerja karena proses yang sebenarnya tidak memerlukan tenaga kerja (misalnya saat menunggu putaran drum).
Harga jual, pencarian harga jual yang termahal dengan pembayaran yang cepat masih menjadi strategi berbagai perusahaan pengolahan kulit. Pada jaman dulu pengurangan harga dibandingkan harga produsen lain menjadi yang paling umum dilakukan agar perusahaan dapat lebih kompetitif, tetapi mulai sekarang strategi penjualan seperti itu tidak dapat dilakukan secara langsung. Minimum harga jual yang diajukan seharusnya dapat menutup biaya produksi ditambah dengan keuntungan yang pantas.
Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan kumpulan biaya-biaya yang melekat pada suatu produk yang diproduksi oleh suatu perusahan. Ada tiga elemen pokok biaya dalam suatu perusahaan manufaktur, yaitu: biaya bahan baku (material cost), biaya tenaga kerja (labor cost), dan biaya produksi (indirect manufacturing expenses).
Biaya bahan baku terdiri dari direct mterial cost dan indirect material cost. Direct material cost adalah biaya semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi dan biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga pokok produksi.
Biaya tenaga kerja dibagi menjadi direct labor cost dan indirect labor cost. Direct labor cost adalah semua biaya yang menyangkut gaji dan upah seluruh pekerja yang secara praktis dapat diidentifikasi dengan kegiatan dari pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Indirect manufacturing expenses meliputi semua biaya produksi selain ongkos utama (direct mterial cost dan direct labor cost) yang bersifat menunjang atau memperlancar proses produksi dan dibebankan terhadap pabrik
Sebagai contoh harga pokok produksi pada industri penyamakan kulit secara tidak langsung adalah menghitung total biaya langsung seperti:
Biaya bahan baku (harga kulit mentah) : Rp. 15.000/kg
Biaya tenaga kerja langsung : Rp. 3.400/jam
Biaya zat kimia (keseluruhan) : Rp. 2.000/sq. ft
Biaya utility (peralatan, dll) : Rp. 500/sq. ft.
Catatan:
Kulit besar lebih dari 20 kg dapat menghasilkan 1,5 sq ft/kg kulit jadi, jadi biaya bahan baku per sq ft adalah 15.000/1,5 = Rp. 10.000/sq.ft.
Tingkat penyusutan kulit mentah adalah 10%, dan kerusakan produksi sebanyak 5%, jadi biaya bahan baku total adalah 10.000 + (15%X10.000) = Rp. 11.500/sq.ft.
Tenaga kerja dapat menghasilkan 17 sq ft/jam. Jadi biaya tenaga kerjanya adalah 3.400/17 = Rp. 200/sq ft
Jadi Harga Pokok Produksi Kulit tersebut adalah:
HPP = Biaya bahan baku + Biaya zat kimia + Biaya tenaga
kerja langsung + Biaya utility
HPP = Rp.11.500 + Rp. 2.000+ Rp.200 + Rp. 500
= Rp. 14.200 / sq ft
Laba Usaha
Laba usaha dikenal pula dengan marjin usaha, dikenal menjadi dua jenis yaitu: marjin kontribusi (contribution margin) atau marjin bruto (gross margin). Marjin kontribusi adalah kelebihan dari penjualan atas seluruh biaya variable. Marjin kontribusi dapat dinyatakan sebagai suatu angka yang menunjukkan total, sebagai suatu angka perunit, sebagai rasio, dan sebagai persentase. Marjin bruto adalah suatu pengertian yang digunakan secara luas, khususnya di dalam industri eceran. Marjin bruto dirumuskan sebagai kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan (yaitu harga pokok barang dagangan yang dibuat atau dibeli dan dijual kembali).
Perbedaan antara marjin kontribusi dengan marjin bruto yaitu: kalau marjin kontribusi memusatkan perhatian pada penjualan dalam kitannya dengan seluruh perilaku biaya variable, sedangkan marjin bruto memusatkan perhatian pada penjualan dalam kaitannya dengan satu hal saja yaitu biaya perolehan barang dagangan yang telah dijual.
Sebagai contoh, harga jual kulit sapi atasan saat ini adalah Rp. 19.000/sq ft, oleh karena itu marjin/laba bruto penjualan kulit sapi tersebut adalah:
Laba Bruto = Penjualan – harga pokok produksi
Laba Bruto = Rp. 19.000 – Rp. 14.200 = Rp. 4.800
Break Event Point (BEP)
Break event point atau titik pulang pokok adalah suatu studi mengenai kaitan antara biaya, volume, dan laba dimana kondisi perusahaan memperoleh laba bersih sama dengan nol. Biaya terdiri dari biaya langsung (variable cost) yaitu biaya per unit barang dikalikan dengan volume produksi, biaya tidak langsung (overhead cost / fixed cost) yaitu biaya tetap yang dikeluarkan pada periode tertentu. Laba bersih adalah kelebihan dari penjualan atas seluruh variable cost dan fixed cost. Penjualan merupakan harga jual per unit barang dikalikan dengan volume barang terjual.
Laba bersih = Penjualan – variable cost – fixed cost
BEP adalah pada kondisi Laba bersih = 0
Sehingga, Penjualan = Variable cost + Fixed cost
(Q X P) = (Q X C) + Fc
Dimana, Q = jumlah
P = harga jual per sq.ft.
C = harga pokok produksi per sq.ft
Fc= total biaya tetap per periode
Contoh: Mengacu pada contoh sebelumnya dan apabila biaya tetap perusahaan sebesar Rp. 50.000.000,- per bulan maka agar perusahaan tidak mengalami kerugian (BEP) maka jumlah minimal kulit yag harus diproduksi adalah:
BEP  Q X P = Q X C + Fc
Q (P-C) = Fc
Q (19.000- 14.200) = 50.000.000
Q = 50.000.000/4.800
Q = 1.041,67 sq ft
TAHAPAN ANALISA PASAR:
1. MASALAH / SASARAN ANALISIS
2. RENCANA ANALISIS
3. MENGUMPULKAN INFORMASI
4. HASIL ANALISA
5. ANALISA INFORMASI
Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 6 dan 7
PROSES PENYELESAIAN
Terdiri dari:
1. Netralisasi
2. Pewarnaan
3. Pelemakan
4. Pengeringan
5. Pementangan
6. Pengecatan
7. Pemanasan/seterika
Netralisasi  reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit tidak terlalu cepat sehingga zat warna dapat meresap kedalam substansi kulit sebelum berikatan
Tujuan  menetralkan substansi kulit samak dari asam-asam yang terikat maupun yang bebas
 penyamakan krom bermuatan positif sangat kuat  intensitas muatan positif dikurangi  zat warna bermuatan negative tidak terlalu cepat berikatan dengan substansi kulit
Zat kimia  Bicarbonat 2%
Borax 1 – 3 %
Pewarnaan  Pemberian zat warna yang dapat menyerap ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar
 memantulkan warna dari cahaya
 terdapat ikatan rangkap
 yang mengandung gugus cromophore dinamakan chromogen  gugus ethylene, carbonyl, carbomine
Penggolongan zat warna:
1. Zat warna basis
2. Zat warna asam
3. Zat warna substansi
4. Zat warna belerang
Zat warna basis  garam dari basa zat warna –NH2 dengan asam anorganik
berionisasi dalam air : R-HN3Cl R-NH 3+ Cl-
 kurang baik untuk kulit samak krom
Zat warna asam  garam dari zat warna –SO3H dan atau –COOH dengan basa organik
Berionisasi dalam air: R-SO3Na R-SO3- + Na+  asam anionis  bisa untuk krom
Zat warna Substansi  sama dengan zat warna asam tetapi molekulnya lebih besar, reaktif, sensitive terhadap keasaman  pH > 5
Zat warna Belerang  mengandung sulfur dalam molekulnya, larut dalam basis (alkalis)
Pedoman praktis  pelarut air suling
 temperature 80 – 85 0C
 banyaknya air 20 – 25 kali zat warna
 zat warna belerang dilarutkan  Na2S kemudian di filtrasi
PELEMAKAN
 agar kulit menjadi lemas dan lentur setelah dikeringkan
 minyak dalam air (W/O)
 perlu emulgator  teepol, sabun, minyak tersulfon,
Terbanyak digunakan  minyak tersulfon
Fungsi lemak  pelumas serat kulit yang bergesekan  meningkatkan fleksibilitas, kemuluran, dan daya tahan sobek
Asal lemak  hewan dan tumbuhan  minyak wool, minyak ikan, minyak olyf, minyak jarak
Pengikatan lemak  lemak yang masuk ke dalam kulit sebagian diikat oleh serat kolagen
Kulit samak krom  dilakukan pengemulsian
 tinggi derajat sulfonasi  kadar lemak tinggi
 tinggi kadar Cr2O3  pengikatan lemak tinggi
 ikatan terjadi antara lemak dengan krom dan substansi kulit
Metode Pelemakan:
1. Meminyaki permukaan dengan menulas
Kulit sebelum dikeringkan  zat penyamak tidak keluar, cegah oksidasi, rajah lebih elastis  minyak ikan, campuran minyak ikan dan minyak mineral, minyak tersulfon
2. Pelemakan pada tong berputar
Tujuan sam air 500C  hasil lebih bagus
3. Pencelupan pada lemak panas
Tujuan  memasukan lemak padat pada jaringan kulit (impregnasi)  kulit teknis  paraffin padat, wax, talg, dan hars  suhu 850C  sisa lemak dicuci pakai larutan soda dan dinetralisir dengan asam
4. Melicker
 untuk kulit box, sandang, dan kulit ringan lainnya
 minyak atau lemak tersulfon, sabun, kuning telur, dan vetalkohol sulfat
Pengenceran  tambah emulgator diencerkan dengan air panas sedikit-sedikit
Cara  kulit diputar dalam 100 – 200% air 30 – 400C  masukan cairan licker dan diputar 45 – 60 menit
Pengeluaran air dan pengeringan kulit samak
 air dikeluarkan secara mekanis  dijemur/diagin-anginkan
Faktor berpengaruh 1. Struktur tenunan
2. Zat higroskopis dalam kulit
3. Kadar air udara
4. Suhu udara
5. Aliran udara
Pengeringan nabati  Rh 94% – 60 %; keceptan udara 40 – 70 m/mnt; T 24-250C
Pengerjaan berikutnya  mekanis : 1. Pengetunan (Stacking)
2. Pementangan (Recking/toggling)
3. Penghampelasan (buffing)
4. Perapihan (trimming)
PENGECATAN
Pengecatan  warna hanya melekat di permukaan dalam media bahan perekat
Komponen zat 
1. zat warna (pigmen)
Zat anorganis mengandung logam (Pigmen kuning = PbCr4/Pb kromat, CaS/calsium sulfide; Pigmen merah = Fe2O3 /besi oksida, Pb3O4/ timbale oksida; Pigmen biru= FeCl6; pigmen hitam  jelaga)
2. bahan perekat (binder)
Fungsi melekatkan warna dan memperbaiki permukaan kulit
Contoh  collodium, varnish, casein, albumine, dextrin, dan bahan plastik
3. pelunak (softener)
Fungsi  memperlunak bahan perekat yang umumnya keras dalam keadaan kering sehingga memenuhi syarat-syarat elastisitas kulit
Contoh  tributyl phosphate (C4H9)3PO4, triphenyl phosphate (C6H5)3PO4, diaethyl phtalat C6H4(COOC2H5)6, dibuthylptalat C6H4(COOC4H9)2
Golongan Cat  didasarkan nama bahan perekatnya:
1. Cat kollodium
2. Cat protein
3. Cat plastik
Untuk kulit sandang (jaket)  cat protein  bersifat porus untuk bernapas dan penguapan air.
Pelarut  bensin, bensol, toluene, xylol, methyl alcohol, aethyl alcohol, buthyl alcohol, keton, ester, aethyl acetate dan aether
Contoh:
Pigmen : Eukanol schwart ………………………… 100 gr
Perekat : Cacein ……………………………………. 30 gr
Pelarut : Amoniak …………………………………. 8 cc
Pelunak : Turkish Red Oil ………………………….. 8 – 12 cc
Pengkilat : Eukanol Glanz N …………………………. 20 – 30 cc
Pengencer : Air ………………………………………… sd/ 100 cc
Cara  pewarna pakai sikat  pakai kwas/sprygun
Fiksasi  untuk mengikat zat warna
Cat protein  semprot formalin, press panas, glacing machine, rol press (kulit sol)
Diposkan oleh Jajang Gumilar di 02.39 0 komentar
Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 3 dan 4
PROSES SIAP SAMAK
Tujuan: Membuat Kulit dalam Keadaan Siap Untuk Dikerjakan Dalam Larutan Penyamak  Beam House
Keperluan Air : 5 -6 m3 untuk Tiap 100 kg Kulit
Macam-Macam Air:
1. Air Hujan
2. Air Tanah
3. Air Permukaan (sungai, rawa, danau)  perlu di jernihkan
Zat yang perlu diperhatikan dalam air: – Ca dan Mg  kesadahan air:
1. Kesadahan sementara  dihilangkan dengan pemanasan
2. Kesadahan tetap
Penentuan Derajat Kesadahan:
1. 10 Kesadahan Jerman (0 KD) = 1 mg CaO/100 ml air
2. 10 Kesadahan Perancis (0 KP) = 1 mg CaCO3/100 ml air
3. 10 Kesadahan Inggris (0 KI) = 1 mg CaO/70 ml air
Pembagian jenis air menurut derajat kesadahannya:
Jenis Air Kesadahan (0 KD)
Air Lunak 0 – 8
Air Setengah Lunak 8 – 16
Air Sadah 16 – 20
Air Sangat Sadah > 20
Metoda Penurunan Kesadahan Air:
1. Metoda Kapur Soda Ca(OH)2 dan Na2CO3
2. Metoda Permutit  SiO2Al2O3Na2O.6H2O
3. Metoda Wolfatit (W)  bahan syntetis
Persyaratan air untuk proses kulit:
1. Bersih dan jernih
2. Tidak sadah
3. Logam atau zat besi < 5 mg/liter
4. Kwantitas cukup
PELEMASAN ATAU PERENDAMAN
Tujuan: 1. Rehidrasi kulit kering atau kulit awet
2. Membersihkan kulit dari kotoran
3. Menghilangkan garam/zat kimia proses pengawetan
4. Melarutkan protein lain
Zat Kimia: zat memiliki sifat desinfektan dan pembasah (wetting agent)  teepol, molescal, cismolan
Cara Kerja: 1. Kulit kering  800% – 1000% air
molescal atau cismolan 1- 2 permil
Asam Formiat 1 – 5 permil
NaOH dan KOH 1 – 2 permil
2. Kulit Pikel  Netralisir dengan NaHCO3 1 – 2 permil
3. Kulit Garaman  R1/ Rendam 12 – 24 jam, tambah desinfektan
R2/ Air mengalir
PENGAPURAN
Tujuan: melepaskan epidermis beserta bulunya dan membuka tenunan kulit
Menyabunkan lemak agar mudah larut dalam air untuk dibuang
Zat kimia: – Sulfida  Na, Ca, NH2, dan As
 merusak membrane basalis  epidermis lepas dan bulu lepas
 memutus jembatan S – S dari sistin menjadi sistein
- Hydroksida  Ca, Ba, Na, K
 membuka tenunan kulit
Cara Kerja: 1. Cara peleburan  memperoleh “bulu hidup”
Kulit dihamparkan setelah perendaman  bagian sub cutis dilabur
dengan adonan:
R : Na2S : 2 – 4% dari bobot kulit basah
Ca(OH)2 : 5 – 10% dari bobot kulit basah
H2O : 300% dari bobot kulit basah
Biarkan 1 – 2 jam  digerus degan pisau cuci bersih  rendam
dalam larutan Ca(OH)2
2. Cara perendaman
R : Na2S : 2 – 4 %
Ca(OH)2 : 5 – 10%
H2O : 300%
Perlu diaduk  buka tenunan
BUANG KAPUR
Tujuan: Agar kapur yang ada pada kulit menjadi hilang/berkurang
Cara membuang Kapur:
1. Kapur bebas
 dicuci dengn air biasa
2. Kapur terikat
Zat kimia : asam organic  HCl, H2SO4,
Asam anorganik  HCOOH, CH3COOH
Garam  (NH4)2SO4
Preparat khusu  decaltal
Alat pengetes  larutan penolphtheline (PP)
PELUMATAN (BATTING)
Tujuan  membuka tenunan kulit lebih sempurna dengan system enzim
Enzime  protease dan lipase
Oropon
Faktor-Faktor yang berpengaruh:
1. Temperatur, 50 0C
2. pH  7,5 – 8,5
3. Aktivator  garam ammonium
R/ Bahan Pelumat
Air 500C, 300%
Enzilon
PICKLE
Tujuan : mengawetkan kulit, dan menyiapkan kulit agar dapat langsung disamak
Menurunkan pH kulit menjadi 3
Zat Kimia: asam  H2SO4, HCl, HCOOH
Garam  NaCl, Na2SO4
Diposkan oleh Jajang Gumilar di 02.37 0 komentar
Resume Kuliah Teknologi Kulit ke 4 dan 5
PROSES PENYAMAKAN
Penyamakan adalah suatu rentetan pengerjaan pada kulit dengan zat-zat atau bahan-bahan penyamak sehingga kulit yang semula labil terhadap pengruh kimia, fisis, dan biologis menjadi stabil pada tingkat tertentu
Secara Garis Besar Bahan Penyamak:
1. Organik
- nabati
- syntetis
- lemak
- aldehyd
2. Anorganik (mineral)
- crom
- alumunium
- ferum
- zingkum
Secara Praktis Bahan Penyamak dibagi:
1. Nabati
2. Syntetis
3. Aldehyde dan Minyak
4. Mineral
Nabati: substansi yang terdapat didalam bahan penyamak yang mempunyai daya dapat merubah kulit mentah menjadi kulit samak
- Tidak dipikel
- Cotoh: kulit sol, splitidico, pakaian kuda, kulit teknis, dan kulit lapis
- Tumbuhan Penghasil: – Mimosa,eik, mangrove dan frichten  bark
- Quehrancho, kastanin  kayu
- Valonen, trillc, divi-divi, algorabilia, myrobalam  buah
- Sumak, gambir  daun
- Produksi Dunia: – Quebracho 38%
- Mimosa  16%
- Kastanin  10%
- Eik  6%
- Mirobalan 5%
- Valonea, trillo, fitchen  4%
- Gambir  3%
- Lainnya 18%
- Mangrove: – Rhizophora Mucornata, Rhizophora Conlugata
- kadar zat penyamak  24 – 40%
- warna terlalu merah gelap, hasil samak tidak berisi
- Quebarcho: – Quebarcho lorentzi  ekstraksi kayu
- Gambir: – Uncaria Gambir  ekstrak daun dan ranting
- Sifat umum: – berat molekul tinggi, kompleks, gugus hydroksil phenolis
- rasa astringen (sepat)
- membentuk endapan dgn larutan garam berat
- endapat dgn gelatin
- warna biru tua
- bereaksi asam  COOH
- Procter & Stenhouse, membagi penyamak nabati pada 180 – 200 0C:
- Pyrogallol  C6H3(OH)3
- Pyrocatechin C6H4(OH)2
- Freudorberg, membagi atas sifat zat penyamak:
- zat penyamak dapat terhidrolisis asan fenol
- zat penyamak terkondensasi  ekstrak  katechine
- Teori penyamakan nabati:
1. reaksi antara –NH3+ dari kulit dengan anion zat penyamak  perlu kondisi asam
2. pengikatan semi polar
3. reaksi fisik  adsorbsi zat penyamak oleh serat kulit
- Metode penyamakan nabati:
a. Metoda lama:
1. Farbengang  pencelupan awal pada 6 – 8 bak  12-16 hr
2. Versenk  pencelupan dalam zat penyamak 30Be  1 mg
3. Versatz (penjenuhan)  sama dg versenk 4-6 bln
b. Metode dipercepat
1. Farbengang dan versenk  sama
2. diputar pada tong 6 – 8 rpm selama 3 hari, pada cairan zat penyamak 12 -16 Be.
c. Metoda cepat
1. langsung menggunakan tong putar 4 – 8 rpm selama 5-7 hari pada larutan penyamak 8 -15 Be
Syntetis: bahan penyamaknya hasil syntetis  Neradol D dari Stiasny 1911
- Penggolongan secara umum:
- Syntesis alifatis  derivat paraffin  sulfonat, alcohol, lemak
- Syntesis aromatis  phenolis, non phenolis, bensol, kresol, katachin, aniline, nitrobensol
- Penggolongan secara praktis:
- zat penyamak pembantu  tidak punya daya menyamak  memperbaiki proses penyamakan  asam-asam sulfon
- zat penyamak pengganti  menggantikan zat penyamak  resin syntesis
- zat penyamak kombinasi  sebagai pembantu atau pengganti  basyntan, tanigan, irgatan
Minyak/Lemak: dapat menyamak  trygliserida tak jenuh  angka yodium 120-160
- Teori pengikatan minyak pada kulit:
- Knap  lemak diserap kulit kemudian oksidasi  asam oxy berikatan dengan kulit
- Fahrian,  oksidasi ikatan rangkap 2 atom O  peroksida O-O bereaksi dengan gugus amino dari kolagen
- Mathur  hydrolisa triglyserida  lemaknya terpisah  asam oxy yg berikatan dengan kolagen
Aldehyd: hanya untuk kombinasi terutama pada kulit suede.
- Reaksi pengikatan:
1. pengikatan methyloamine
2. pengikatan methylol pada rantai peptida
Mineral: sebagai bahan penyamak utama  logam dapat membentuk molekul besar yang mempunyai daya menyamak kulit  krom, alumunium, ferum, cobalt, ziroonium
- Kimia krom : – valensi 2,3,4,5,6,7
- masking  sisa asam dalam molekul komplek  reaktifitas berkurang  baik untuk permulaan penyamakan
- hydrolisa krom oleh air (Cr……H2O)  (Cr….OH)- + N+
- agregasi  olation (pengikatan molekul yang sama menjadi lebih besar dengan menghasilkan air)  Polymerisasi (pengikatan molekul yang sama menjadi lebih besar tanpa mengeluarkan air)  daya menyamak
- basisitas  perbandingan antara valensi OH dan valensi Cr  Cr +++ 0%; Cr(OH)++Cl2 33,33%; Cr(OH)2+Cl 66,66%; Cr(OH)3 100%.
- Teori Penyamakan krom
- Teori Knap  pengendapan krom pada serat-serat kulit
- Teori Thomas, Kelly, Wilason (teori ionogen) ikatan zat penyamak pada kolagen terjadi oleh ion-ion sehingga terbentuk garam
-Teori Stiasny (teori koordinasi kompleks)  ada ikatan coordinatif antara krom kompleks dan kolagen
- Teori Gustavson (teori zwiter ion)  mula-mula terjadi ikatan antara kation kompleks dengan kolagen kemudian terjadi ikatan koordinatif antara gugus peptide dari kolagen dengan kompleks krom
- Prosedur penyamakan krom
- dilakukan pada drum berputar, haspel, bak aduk  Bantu penyerapan zat penyamak
- Kulit dimasukan dalam drum putar
- Air 70% dari berat bloten + garam 2% putar 5 menit
- masukan krom, putar 2 jam
- tambahkan Na2CO3 9% dari jumlah krom, 4 X 15’  basisitas naik, putar 3 jam  pH 4,5
- kematangan penyamakan  uji didih  ambil sepotong kulit, ukur dengan sedikit tarikan, masukan dalam air mendidih 10’, ukur kembali kalau berkerut penyamakan belum baik
Diposkan oleh Jajang Gumilar di 02.21 0 komentar
Resume Kuliah 1 dan 2
DASAR TEKNOLOGI KULIT
Timbulnya ilmu ini bersifat empiris.
Umpamanya:
• Orang Indian kuno (INCA) mencoba-coba merendam kulit hewan segar dalam rendaman kulit kayu yang rasanya kesad ( Gambir, Mangrove, Mimosa, Golongan Dicotyledon)
• Orang Eskimo mencoba dengan otak beruang ternyata membuat kulit hewan menjadi awet dan lebih lemas (Kulit Beludru)
Dengan berkembangnya ilmu kimia, fisika, ilmu teknologi kulit ini mengikutinya.
A. ASPEK UMUM
PENGERTIAN KULIT
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang penting besarnya ± 10-12% dari tubuh.
FUNGSI KULIT
1.Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
2.Memelihara temperatur tubuh
3.Organ peraba.
4.Menyimpan lemak dalam lapisan subcutan
5.Memelihara tubuh.
6.Rambut mempunyai fungsi sebagai isolasi untuk mencegah kepanasan/kedinginan.
7.Warna bulu dapat digunakan untuk menyamar.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kulit yang dihasilkan baik kualitas/kuantitasnya adalah:
1. Umur
2. Jumlah dan kualitas pakan yg diberikan
3. Jenis ternak
4. Penyakit
5. Cara pemeliharaan
6. Jenis kelamin
7. Musim
8. Cara penanganan dan pengolahan kulit.
 PENGULITAN
Adalah suatu kegiatan memisahkan kulit dari tubuh ternak yang sudah disembelih, sehingga dihasilkan kulit segar.
KULIT : 1.Kulit mentah/segar
2.Kulit mentah/kering
 Penjemuran /ruang pemanas
KULIT MENTAH
Yang dimaksud kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari hewannya sampai yang telah mengalami proses-proses pengawetan.
Pada umumnya hewan : (Mamalia, Reptil, Aves, Pices, Amphybia)  kulitnya dapat
diawetkan/disamak
Paling banyak digunakan adalah kulit :
 Sapi, kerbau, kambing, dan domba
Untuk keperluan khusus:
 Anjing, beruang, buaya, ular, dan ikan.
Kulit hewan pada umumnya mempunyai sifat alami yang sangat bervariasi.
Diantaranya :
• Faktor umur
• Keturunan
• Lingkungan
• Management
• Bangsa (Breed) dll
Contoh:
• Kulit sapi FH ≠ Sapi potong Ongole
• Kulit sapi FH jantan ≠ Sapi FH betina
• Kulit sapi FH tua ≠ Sapi FH muda
• Kulit sapi FH kurus ≠ Sapi FH gemuk
meskipun satu bangsa.
B. SIFAT UMUM KULIT MENTAH
Kulit mentah bersifat mudah busuk.
Sesuai dengan bentuk badan hewan, kulit dibagi menurut jaringan collagen yang terpadat, longgar bahkan sampai ke tipis.
Diantaranya:
• Punggung
• Perut
• Kaki
• Leher
• Ekor
• Kepala
Daerah satu dan lainnya mempunyai sifat yang berbeda. Secara lateral (sisi), Daerah punggung tertebal dan berangsur-angsur menipis kedaerah perut.
C. SIFAT FISIK KULIT MENTAH
1. MAKROSKOPIS
Berbagai hewan mempunyai bentuk kulit mentah yang berbeda sesuai dengan bentuk hewannya.
Contoh:
• Kulit ular memanjang dan bersisik
• Kulit babi bundar
• Kulit buaya mempunyai lapisan tanduk
Berbungkul-bungkul.
• Kulit kambing mempunyai bulu rambut
• Kulit domba berbulu ikal
Bentuk kulit yang dipakai sebagai dasar adalah bentuk umum dari hewan sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Untuk memperoleh hasil yang mendekati homogenitas, maka kulit dibagi secara tofografi menjadi beberapa daerah:
a. Daerah croupon (butt)
b. Daerah kepala dan leher
c. Daerah kaki, perut, dan ekor
PERTUMBUHAN KULIT
Tumbuh pada fase embrionik minggu ke 4 – 5
Berasal dari dua bagian embrionik:
a. Epidermis  ectoderm
b. Dermis  mesoderm
2. MIKROSKOPIS
Secara histologis kulit hewan dibagi menjadi 3 bagian :
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis/corium/cutis
c. Lapisan hypodermis/sub cutis
A. Epidermis
- Lapisan bagian luar, terdiri dari sel-sel keratin, sel-sel epithel yang dapat berkembangbiak.
- Berstruktur seluler
- Tebalnya 1% dari tebal kulit
- Kulitnya keras/banyak sel-sel tua/sel-sel mati
- terdiri dari 5 lapisan ( dalam  luar)
1. Stratum Basale/Germinativum
2. Stratum Spinosum
3. Stratum Granulosum
4. Stratum Lucidum
5. Stratum Corneum.
B. Dermis/corium/cutis
- Bukan sel-sel, tetapi berupa serabut-serabut yang tersusun seperti anyaman yang halus.
- Tenunan pengikat yang padat, yang kepadatannya tergantung pada jenis ternak, umur.
- Serabut terdiri dari serabut kolagen, elastin dan retikulin  menentukan kulit jadi.
- Disebut kulit sebenarnya, karena merupakan bahan dasar utama dalam proses penyamakan kulit yang akan diubah menjadi Leather.
- Tebalnya ± 80-85% dari tebal kulit.
- Lapisan ini dibedakan menjadi 2 bagian:
a. Pars papilaris (luar)
b. Pars reticularis (dalam)
 antara kedua bagian ini tidak ada pembatas
yang jelas.
a. Pars papilaris:
- Menembus kedalam papilar
- Lapisan tipis, mengandung serabut penyambung yang jarang.
- Mempunyai fungsi khusus yaitu menghubungkan khorium dan epidermis.
- Daerah kantong rambut, sel lemak kelenjar keringat, kelenjar lemak dan kelenjar sebaceous.
- Menentukan rupa dari kulit samak
- Serabut kolagen, elastin yang bertanggungjawab terhadap elastisitas dan kekuatan kulit.
b. Pars Reticularis
- Lebih tebal dari Pars papilaris (tebal pada hewan besar = 75 -85%, pada hewan kecil 45-50%)
- Terdiri dari jaringan penyambung yang padat
- Sel-sel lebih sedikit, serabut tenunan pengikat yang lebih banyak daripada sap papilaris
- Serabut kolagen, elastin yang teratur
- Terdapat pembuluh darah, serat-serat dan tenunan lemak.
C.Hypodermis/Sub cutis
- Lapisan terdalam dari kulit
- Terdiri dari jaringan penyambung yang menghubungkan khorium secara longgar dengan bagian tubuh yang berdekatan  memungkinkan dapat bergeser terhadap bagaian tubuh.
- Terdiri dari kolagen, elastin dan sel-sel lemak
- Pada proses penyamakan kulit lapisan ini dibuang secara mekanik dalam proses Fleshing
D. SIFAT KIMIA KULIT MENTAH
1.Unsur pokok non protein
a. Lipid…………………… 1,5%
b. Karbohidrat………….. 0,4 – 1%
c. Mineral……………….. 0,5 %
d. Enzym…………………. sedikit
e. Vitamin………………… sedikit
2.Unsur pokok protein
a. Protein berbentuk (Fibrous protein)
- collagen
- keratine
- elastin
b. Protein tak berbentuk (Globular protein)
- Albumin
- Globulin
II. PENGAWETAN KULIT
Sebelum dilakukan proses pengawetan, kulit harus dalam keadaan bersih dari kotoran: (feses, urine, tanah, dll).
Kotoran dapat menyebabkan:
• Hasil pengawetan kurang baik
• Kebusukan dipercepat
Pembersihan kulit segera dilakukan setelah pengulitan.
Pengawetan harus dilakukan paling lama 5 jam setelah pengulitan.
Prinsip umum pengawetan kulit:
• Pengeringan
• Penambahan bahan-bahan pengawet
Tujuan:
• Mematikan bakteri pembusuk
• Menonaktifkan bakteri yang masih hidup
Perlakuan Kadar air kulit maksimal (%)
Pengeringan
Bahan pengawet
Kombinasi 12-15
40
25-30
Pengeringan:
• Penjemuran
• Pendiangan
• Mesin pengering
A. Pengawetan dengan Penjemuran
Cara ini dilakukan di negara-negara tropis.
Negara produsen : India, Cina, Afrika, Amerika Serikat, dan Indonesia
Bahan pengawet 
Senyawa Natrium arsenat, Cortimol G, Formalin, Antimusin Cp, Garam jenuh.
R/ Larutan 1-2% arsen 5 menit
Atau 1-2 ‰ cortimol
Atau 2 gr/liter
Cara kerja :
Kulit dicelupkan ke dalam larutan arsen/cortimol. Pentangkan pada bingkai, jemur dengan kemiringan 600, permukaan daging mengarah ke atas, menghadap utara-selatan.
Lama penjemuran:
Kulit tebal (sapi, kerbau, kuda)…………….. 2-4 hari
Kulit tipis (domba, kambing, kelinci)……… 1-2 hari
B. Pengawetan dengan Garam
Pengawetan dengan cara ini dilakukan sebagai pengawetan sementara.
Garam yang biasa dipakai :
• NaCl
• Garam khari (NaCl 50% + Na2SO4 50%)
Garam khari : mempunyai sifat menarik molekul air untuk pembentukan kristalnya sehingga sifat higroskopis dari garam NaCl dapat dikurangi.
Garam yang baik mengandung Ca & Mg ≤ 2%
Pengawetan kulit dalam jumlah besar diperlukan khusus dengan syarat:
1. Tidak mudah insekta untuk tumbuh & berkembang biak.
2. Orang dapat bergerak bebas untuk mengerjakannnya.
3. Lantai berlapis beton, dengan kemiringan 100 dari garis horisontal (ada juga dengan lantai cembung).
Cara Penggaraman I (kering)
NaCl 40% dari berat kulit dapat disimpan selama 1 bulan.
Cara Penggaraman II (basah)
NaCl 30% dari berat kulit dapat disimpan selama 3 minggu.
Yang perlu diperhatikan dalam penggaraman.
1. Kemurnian garam  hasilnya lebih baik
Terlalu tinggi kadar Ca & Mg  sangat higroskopis
Beberapa zat logam  menyebabkan warna-warna
yang tidak disukai & sukar dihilangkan
2. Jangan menggunakan garam bekas
3. Kulit segar harus bersih dari tenunan lemak
4. Tumpukan kulit jangan terlalu tinggi
C. Pengawetan Dengan Pickle
Pickle adalah cairan yang terdiri dari. Larutan garam dapur (NaCl) dengan asam.
• H2SO4
• HCOOH (formiat)
Garam bersifat : mencegah pembengkakan kulit
oleh asam.
Asam bersifat bakteriostatik.
Kulit yang diawet tahan selama 1 tahun rendaman dilakukan oleh pabrik kulit besar (efisiensi dalam produksi)
Keuntungan:
1. Mutu kulit segera diketahui, bersih dari bulu dan kotoran lain.
2. Ruang angkat menjadi lebih kecil
3. Dapat langsung disamak  eksport
Resep pickle:
R/ Air : 100%  dari bobot kulit siap samak
NaCl : 10-20% pH : 3,5 – 4,0
H2SO4: 1,5-2,3%
R/ Air : 100%  dari bobot kulit siap samak
NaCl : 8% pH : 3,5 – 4
HCOOH: 0,8%
Bila diperlukan tambah fungisida/insektisida
D.Pedoman Kulit Awet
Menilai kulit awet:
1. Penciuman : memasuki ruang khusus (gudang)
Tercium bau busuk  ada kerusakan
2. Inspeksi
Dilihat lembar demi lembar dan perhatikan
• Kulit harus bersih
• Telentang dengan baik
• Warna yang merata
• Tidak ada warna yang mencurigakan
3.Palpasi
• Daerah yang dicurigakan diraba, ditekan bandingkan dengan baik
• Mencabut bulunya, yang busuk biasanya lebih lunak
Klasifikasi Nilai Mutu Kulit Awet
1. Primer  mutu yang terbaik
2. Intermediates  mutu pertengahan
3. Seconds  mutu kedua
4. Thirds  mutu ketiga
5. Rejects  mutu yang ditolak
SNI No ;
ISTILAH KULIT
1. Hide : Berasal dari kulit hewan besar yang dewasa (sapi, kerbau, badak, unta, paus) yang beratnya untuk setiap lembar kulit 15 kg atau lebih.
2. Skin : Berasal dari kulit hewan kecil yang sudah dewasa (domba, kambing, babi, unggas, reptil, ikan) yang beratnya kurang dari 15 kg atau dapat juga dipakai untuk kulit hewan besar yang belum dewasa (anak sapi, anak kuda).
3. Fur : Istilah yang digunakan untuk kulit berbulu yang telah mengalami proses penyamakan (domba, kelinci, minx, fox).
4. Pelt : Istilah yang digunakan untuk kulit berbulu yang mentah segar (belum disamak).
5. Furskin : Istilah kulit bulu yang telah diawetkan.
6. Rawhide : Istilah kulit yang tidak berbulu dan
telah mengalami pengawetan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar