Entri Populer

Kamis, 25 Agustus 2011

Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Berkualitas Tinggi

Abstract
Kelompok Tani Amanah di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu kelompok tani yang sangat kompak dan kreatif dalam mengembangkan usahanya, baik di sektor pertanian maupun peternakan. Hal tersebut setidaknya bisa dilihat dari jumlah ternak bantuan proyek SPFS-FAO yang semula hanya 19 ekor, kini berkembang menjadi 51 ekor. Kreatifitas tersebut tidak hanya dari segi pemeliharaan ternak, tetapi juga dalam pemanfaatan limbah ternak sapi. Seiring dengan berkembangnya jumlah ternak, kotoran sapi pun volumenye terus meningkat, sehingga perlu penanganan yang lebih baik, agar limbah tidak merusak lingkungan dan menimbulkan penyakit. Melalui keseriusan saat mengikuti Sekolah Lapangan yang di adakan SPFS, Kelompok Tani Amanah, kini mampu membuat dan menghasilkan kompos atau pupuk organik berkualitas tinggi melalui bahan yang tersedia dan cara pengolahan sederhana.
Type of technology

Detail Description of technology
Masalah Kotoran Sapi
Umumnya tujuan para peternak dalam beternak sapi adalah untuk mendapatkan daging sapi melalui proses pertambahan berat badan sapi. Selain menghasilkan daging, dalam beternak sapi juga dihasilkan produk lain seperti kulit, tulang, darah, urin dan kotoran atau limbah sapi.

Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat,  tanpa pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk  menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.

Kotoran sapi inipun semula menjadi persoalan tersendiri bagi Kelompok Tani Amanah yang dibentuk tahun 2001 dan berlokasi di desa Bilelendo, Kecamatan Praya Timur, sekitar 25 km dari kabupaten Lombok Tengah, Mataram, Indonesia.

Pada tahun 2004 Kelompok Tani Amanah yang beranggotakan 38 anggota  memperoleh bantuan ternak dari proyek SPFS FAO sebanyak 19 ekor sapi, terdiri dari 2 ekor pejantan dan 17 ekor betina. Bantuan ternak tersebut bertujuan untuk pengembangan usaha dan peningkatan pendapatan petani.

Agar bantuan ternak memberikan hasil maksimal, SPFS juga memfasilitasi kelompok tani dengan pembinaan intensif melalui Sekolah Lapangan  dan penyuluhan. Hasilnya, kalau semula jumlah ternak 19 ekor, sekarang telah berkembang menjadi 51 ekor sapi.

Seiring dengan bertambah banyaknya jumlah ternak, kotoran sapi yang dihasilkan pun terus meningkat, sehingga jika dibiarkan begitu saja dapat mengganggu lingkungan dan berpotensi menimbulkan penyakit, untuk itulah perlu ada upaya untuk mengatasiya.

Mengikuti Sekolah Lapangan
Agar kotoran sapi tidak menjadi limbah yang menjijikan dan mencemarkan lingkungan, SPFS mengadakan Sekolah Lapangan yang diikuti anggota Kelompok Tani Amanah. Melalui pembinaan yang intensif, kotoran sapi — yang mungkin bagi sebagian peternak dianggap sebagai limbah yang tidak bermanfaat, ditangan Kelompok Tani Amanah, limbah tersebut justru bisa diolah menjadi Kompos yang sangat bermanfaat untuk digunakan penyubur tanah.

Perlu dipahami, bahwa proses komposing adalah dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa-senyawa kompleks menjadi sederhana dengan bantuan mikroba. Komposing sangat penting dilakukan, karena bahan-bahan organik memiliki beberapa permasalahan seperti : memiliki C/N ratio (imbangan karbon dan niteogen) yang tinggi; kadar air atau kelembaban tinggi; kadar oksigen rendah; dan ketersediaan mikroba relatif sedikit.

Mudah Cara Pengolahannya
Pengolahan kotoran sapi menjadi kompos bisa dilakukan oleh peternak dimanapun berada, karena caranya sederhana, mudah diikuti dan bahannya tersedia disekitar peternak sendiri.
Langkah awal yang dilakukan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos adalah, menyiapkan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, yaitu :
1.       Kotoran sapi minimal 40%, dan akan lebih baik jika bercampur dengan urin.
2.       Kotoran ayam maksimum 25% (jika ada).
3.       Serbuk dari kayu sabut kelapa 5% atau limbah organik lainnya seperti jerami dan sampah rumah tangga
4.       Abu dapur 10%
5.       Kapur pertanian
6.       Stardec 0,25%.
Mengingat Stardec merupakan stimulan untuk pertumbuhan mikroba (Stardec dapat pula merupakan agregat bakteri atau cendawan dorman) maka billa stardec tidak tersedia dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi, karena di dalam kompos juga tersedia agregat bakteri atau cendawan pengurai bahan organic yang sedang dorman.

Setelah semua bahan terkumpul, ikuti proses pengolahan kompos sbb :
1.       Sehari sebelum komposing dimulai (H-1), campurkan bahan utama (kotoran sapi, kotoran ayam jika ada, sabut kelapa/serbuk gergaji, abu dapur dan  kapur pertanian) secara merata, atau ditumpuk mengikuti lapisan :
a)       Kotoran ayam ditempatkan paling bawah (jika ada) dan dibagian atasnya ditempatkan kotoran sapi. Tinggi kotoran ayam dan sapi maksimum 30 cm (Gambar 1).
b). Lapisan berikutnya dari kapur pertanian (Gambar 2), yaitu untuk menaikkan PH karena mikroba akan tumbuh baik pada PH yang tinggi (tidak asam).
c). Gunakan serbuk dari sabut kelapa, karena C/N-nya lebih rendah ( +60) dan mengandung KCl, sedangkan kalau menggunakan sabuk gergaji (Gambar 3) kadar C/N-nya sangat tinggi (+ 400)
d.       Dan paling atas adalah abu. (Gambar 4)
1.       Tumpukan seperti pada point 1 di atas, harus diulangi sampai ketinggian sekitar 1,5 meter.
2.       Pada hari pertama (H0), tumpukan bahan disisir, lalu ditaburi dengan stardec (Gambar 5) sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran sebanyak 1 ton.
3.       Tumpukan bahan minimal dengan ketinggian 80 cm.
4.       Biarkan tumpukan selama satu minggu (H+7) tanpa ditutup, namun harus terjaga agar terhindar dari panas dan hujan. Artinya, pada hari ketujuh, campuran bahan harus dibalik, agar diperoleh suplai oksigen dalam proses komposing. Pembalikan ini dilakukan kembali pada hari ke 14, 21 dan 28.
5.       Pada hari ke 7 suhu bahan mulai meningkat sampai dengan hari ke-21. Peningkatan bisa mencapai 60-70 C, dan akan turun kembali pada hari ke 28 atau tergantung bahan yang digunakan. Jika lebih banyak menggunakan bahan dari kotoran ayam, suhu bahan menjadi lebih tinggi dalam waktu lebih lama (bisa mencapai lebih dari 70C dalam waktu lebih dari 28 hari). Jika  hanya memakai bahan dari kotoran ternak sapi, proses meningkatnya suhu akan terjadi selama 21 hari dan akan menurun pada hari ke 28, dengan tingkat suhu 35-40 C.
Perlu dipahami, bahwa meningkat dan menurunnya suhu menandakan proses komposing berjalan sempurna, yang ditandai dengan adanya perubahan warna bahan menjadi hitam kecoklatan.

Suhu yang tinggi selama proses komposing juga berfungsi untuk membunuh biji-biji gulma dan bakteri patogenik. Selain itu, apabila dilakukan uji laboratorium, pupuk organik yang dihasilkan akan memiliki komposisi sebagai berikut :
a.     Kelembaban                                         65%
b.     C/N ratio maksimum                           20
c.     Total Nitrogen (N)                                > 1,81%
d.     P205                                                      > 1,89%
e.     K2O                                                        > 1,96%
f.      CaO                                                        > 2,96%
g.     MgO                                                       > 0,70%
h.     Kapasitas Tukar Kation                      > 75 me/100 g
j.      pH                                                           6,5 – 7,5

Dengan komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk organik berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi semua tanaman, tambak dan kolam ikan.
Agar dalam proses pengolahan kotoran sapi menjadi kompos lebih efektif dan efisien, sebaiknya pengolahannya dilakukan pada sebuah bangunan. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Amanah yang membangun tempat pengolahan kompas berukuran  2 m x 6 m. (Gambar 6)

Bagi Kelompok Tani Amanah, bangunan yang dibuat dengan cara menyisihkan uang saku para anggota ketika mengikuti Sekolah Lapangan tersebut tersebut sangat bermanfaat, baik ketika melakukan proses pengolahan kompos maupun untuk penyimpanan dalam waktu lama, terutama ketika kesulitan mendapatkan air di saat musim kemarau.

Manfaat Pengolahan Kompos
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan petani yang menggunakan kompos untuk pertanaman. Diantaranya adalah :
1.       Hemat biaya dan tenaga
2.       Pupuk organik yang dihasilkan berkualitas tinggi
3.       C/N ratio kurang 20 Bebas dari biji-biji gulma (tanaman liar) dan mikroba pathogen.
4.       Bebas dari patogenik atau yang merugikan jamur-jamur akar serta parasit lainnya
5.       Bebas phytotoxin
6.       Tidak Berbau dan mudah menggunakannya
7.       Tidak membakar tanaman
8.       Dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik
9.       Aman untuk semua jenis tanaman dan lingkungan
10.    Ph normal berkisar 6,5 sampai 7,5 mampu memperbaiki pH tanah.
11.Mampu meningkatkan biodiversitas dan kesehatan tanah
12.    Memperbaiki tekstur tanah, sehingga tanah mudah diolah
13.    Meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi
14.    Mampu meningkatkan produktivitas lahan antara 10-30%, karena biji tanaman lebih bernas dan tidak cepat busuk.
15.    Tanaman akan dijauhi hama penyakit dan jamur
16.     Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
17.    Meningkatkan kapasitas cengkeram air (water holding capacity).

Dampak Bagi Petani SPFS Lombok Tengah
Kotoran sapi yang terbuang begitu saja, bisa diolah menjadi Kompos atau pupuk organik berkualitas tinggi. Selain cara pembuatannya relatif mudah dan sederhana, bahan-bahan yang diperlukan pun tersedia dilingkungan sekitarnya, sehingga sangat hemat dalam pengolahannya.

Pengolahan kotoran sapi menjadi kompos, tidak saja dapat menghemat biaya dan tenaga tetapi juga memberikan manfaat yang optimal bagi petani yang menggunakannya dalam pemupukan tanaman (Gambar 7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar