Entri Populer

Senin, 28 Februari 2011

Asam Amino


Kira-kira 75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita. Protein yang terdapat dalam makanan di cerna dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino yang diabsorpsi dan di bawa oleh darah ke hati. Protein dalam tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino akan di ubah menjadi asam ketogkutarat yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat.
Hati adalah organ tubuh dimana terjadi reaksi Anabolisme dan Katabolisme. Proses Metabolik dan katabolik juga terjadi dalam jaringan di luar hati. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.
1. STRUKTUR ASAM AMINO
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus – NH2
Pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH.
Rumus umum untuk asam amino ialah
R – CH – COOH
Atau
NH2
Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di sebelah kanan.Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα (“C-alfa”) sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.
Suatu asam amino-α terdiri atas:
Atom C α. Disebut α karena bersebelahan dengan gugus karboksil (asam).
Atom H yang terikat pada atom C α.
Gugus karboksil yang terikat pada atom C α.
Gugus amino yang terikat pada atom C α.
Gugus R yang juga terikat pada atom C α.
Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus R atau rantai samping dari asam amino. Jika gugus R berbeda maka jenis asam amino berbeda. Contohnya ada pada Gambar di bawah ini, Dari gambar tersebut tampak bahwa asam amino serin, asam aspartat dan leusin memiliki perbedaan hanya pada jenis gugus R saja.
Contoh struktur dari beberapa asam amino
Gugus R dari asam amino bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, muatan, kapasitas pengikatan hidrogen serta reaktivitas kimia. Keduapuluh macam asam amino ini tidak pernah berubah. Asam amino yang paling sederhana adalah glisin dengan atom H sebagai rantai samping. Berikutnya adalah alanin dengan gugus metil (-CH3) sebagai rantai samping.
 ASIMILASI AMONIA (NH3)
Ammonia disamping terbentuk dijaringan juga dihasilkan oleh bakteri usus dari protein diit dan dari urea yg ada didalam sekrit cairan garam dalam traktus gastroentistina. Ammonia ini diserap dari usus ke dalam darah vena porta yg karakteristik tinggi kadar ammonianya dibanding darah sistimik. Di bawah keadaan normal hepar segera menghilangkan ammonia dari darah porta sehingga darah yang meninggalkan hepar akhirnya bebas ammonia. Ini penting karena dalam jumlah sedikit saja ammonia merupakan racun untuk sistim saraf pusat.
Gejala keracunan ammonia termasuk tremor, bicara tidak karuan, penglihatan kabur dan pada kasus berat koma dan akhirnya meninggal. Gejala-gejala ini menyerupai sindrom koma hepatik yg terjadi bila kadar ammonia darah pada otak meningkat. Keracunan ammonia diperkirakan merupakan sebab dari koma hepatik.
Oleh karena itu pengobatannya dengan mengurangi kadar ammonia darah. Dengan beratnya gangguan fungsi hepar atau timbulnya komunikasi collateral antara vena porta dan sistem (seperti pada sirosis). Darah porta dapat dibypass ke hepar. Ammonia dari usus dengan demikian dapat naik sampai kadar toksik dalam darah sistimik. Dapat terjadi intoksikasi ammonia sesudah asupan protein dalam jumlah banyak sesudah pendarahan ke dalam alat pencernaan.
Kandungan ammonia darah yg meninggalkan ren lewat vena renalis selalu lebih banyak dari arteri renalis, menunjukkan bahwa ren menghasilkan ammonia dan menambahkannya ke darah.
Tetapi pembuangan ammonia yg dihasilkan oleh tubula renalis ke dalam urine jauh lebih penting dari aspek metabolisme ammonia ke dalam ren. Produksi ammonia membentuk sebagian mekanisme tubuli renalis untuk mengatur keseimbangan asam basa maupun pengawetan kation.
Produksi ammonia oleh ren sangat meningkat dalam asidosis metabolik dan menurun pada alkalisis. Ini tidak berasal dari urea tetapi dari asam amino intraseluler terutama glutamin. Ammonia dilepaskan dengan dikatalisis glutanase ren.



Transport ammonia
Ammonia terus-menerus dihasilkan dalam jaringan tetapi di dalam darah hanya ada 10 sampai 20 mikrogram / dl karena segera dihilangkan dari sirkulasi oleh hepar diubah menjadi glutamat, glutamin, atau urea. Kadar ammonia yg kecil di dalam darah sangat berlawanan dengan jumlah asam amino bebas, terutama glutamin dalam darah. Pembentukan glutamin dikatalisis oleh glutamin sintetase yg terdapat dalam mitokondria dengan jumlah yg tinggi dalam jaringan ren.
METABOLISME ASAM AMINO
Jalur metabolisme utama dari asam amino
Jalur metabolisme utama dari asam-asam amino terdiri atas :
Produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati.
Pengambilan nitrogen dari asam amino.
Katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino.
Sintesis protein dari asam-asam amino.
Jalur-jalur metabolik utama asam amino
Katabolisme asam amino
Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
Deaminasi oksidatif
Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion amonium
Contoh reaksi transaminasi. Perhatikan alanin mengalami transaminasi menjadi glutamat. Pada reaksi ini dibutuhkan enzim alanin aminotransferase.
Glutamat juga dapat memindahkan amin ke rantai karbon lainnya, menghasilkan asam amino baru.
Contoh reaksi deaminasi oksidatif. Perhatikan glutamat mengalami deaminasi menghasilkan amonium (NH4+). Selanjutnya ion amonium masuk ke dalam siklus urea.
Ringkasan skematik mengenai reaksi transaminasi dan deaminasi oksidatif
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.
Tempat-tempat masuknya asam amino ke dalam sikulus asam sitrat untuk produksi energi
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan
Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP
Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan L-arginin
Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan L-ornitin dan urea.
Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam siklus urea
Sintesis asam amino
Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial, melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini,
Asam amino dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3 kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial.
Asam amino membentuk :
Asam amino membentuk oksalo asetat : aspartat dan asparagin
Asam amino membentuk alfa keto gutarat : glutamat, glutamin, prolin, arginin, histidin.
Asam amino membentuk piruvat : glisin, alanin, sistin, sistein, serin dan treonin, hidroksiprolin.
Asam amino membentuk asetil ko-A : tirosin. Lisin, treptofan.
Asam amino membentuk suksinil Ko-A : meteonin, leosin, valin, isoleusin.
Kesimpulan
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus – NH2
Pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus R atau rantai samping dari asam amino.
Ammonia disamping terbentuk dijaringan juga dihasilkan oleh bakteri usus dari protein diit dan dari urea yg ada didalam sekrit cairan garam dalam traktus gastroentistina. Ammonia terus-menerus dihasilkan dalam jaringan tetapi di dalam darah hanya ada 10 sampai 20 mikrogram / dl karena segera dihilangkan dari sirkulasi oleh hepar diubah menjadi glutamat, glutamin, atau urea. Kadar ammonia yg kecil di dalam darah sangat berlawanan dengan jumlah asam amino bebas, terutama glutamin dalam darah. Pembentukan glutamin dikatalisis oleh glutamin sintetase yg terdapat dalam mitokondria dengan jumlah yg tinggi dalam jaringan ren.
Jalur metabolisme utama dari asam-asam amino terdiri atas :
Produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati.
Pengambilan nitrogen dari asam amino.
Katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino.
Sintesis protein dari asam-asam amino.

selamat tidur

gelap telah menyelimuti sang malam
di tinggal matahari yang tlah lelah menyinari sang siang
kesunyianpun mulai mengiringi indahnya malam
bintang2pun satu-satu mulai bermunculan
mencoba untuk menemani sang malam
cahanya redup, kerlap-kerlip begitu syahdu
membuai sang malam yang indah dalam keheningan
mengantar semua insan dalam pelukan mimpi malam..
selamat tidur.. ^^

kerbau perah

Kerbau Perah ?
:: Halaman ini telah dibuka 43 kali ::

Belum banyak informasi tentang penggunaan susu kerbau sebagai bahan pangan untuk melengkapi susu sapi yang selama ini telah ada. Di beberapa daerah susu kerbau dibuat menjadi mentega dan minyak samin, di Sumatera Utara susu kerbau fermentasi disebut dali dan di sumatera barat dikenal dengan nama dadih. Jika kita berkunjung ke daerah sumatera barat disekitar jam gadang bukit tinggi banyak kita temui pedagang es campur es campur dengan Resep khusus yang menggunakan dadih ini. Di Jepang, kini telah dipasarkan yogurt berlabel Yogurt Dadihi (dalam huruf katakana, Jepang) karena inokulum yogurt tersebut adalah bakteri asam laktat yang berasal dari dadih serta terbukti bersifat probiotik.

Bagaimana dengan Banten?? Selain sebagai sumber tenaga dalam hal menggarap sawah dan kotorannya sebagai pupuk kandang serta dagingnya sebagai sumber protein hewani belum ada manfaat lainnya yang kita manfaatkan dari hewan ini. Padahal menurut data BPS 2009 populasi kerbau di Banten lumayan besar (mencapai 162.372 ekor), dengan populasi terbesar di kabupaten lebak (58434 ekor). Jika diasumsikan bahwa dari seluruh populasi kerbau lumpur pada tahun 2009 tersebut 35% adalah betina dewasa dan 30% dari seluruh betina tersebut menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari, maka produksi susu kerbau di Banten bisa mencapai lebih dari 25,57 ribu liter setiap harinya. Dengan demikian potensi susu yang dapat dihasilkan setiap tahun sekitar 9,3 juta liter.

Memang produksi susu kerbau tidak sebanyak sapi, namun secara kualitas susu kerbau lebih baik bila dibandingkan susu sapi (Bahri & Talib, 2007). Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk manajemen pemeliharaannya. Kerbau Sungai spesies Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang lebih baik dari Kerbau Lumpur, namun lama laktasi kedua jenis kerbau tidak jauh berbeda.

Tabel 1. Produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan Crossbred (persilangan)Kriteria    Kerbau Lumpur    Kerbau Sungai    Crossbred
Laju pertumbuhan gudel (kg per hari)    0,4 – 0,8    0,4 – 0,7    0,4 – 0,7
Lama laktasi (hari)    236 – 277    240 – 300    236- 277
Produksi susu per hari (liter)    1,0 – 2,5    4 – 15    3 – 4


Sumber : Thac dan Vuc (1979); Khajarern dan Khajarern (1990); Thu, Dong, Quaq dan Hon (1993); Sanh, Preston dan Ly (1997); Thu, Pearson dan Preston (1996); Gongzhen (1995) dan Puslitbang Peternakan (2008) dalam Bahri dan Talib (2007).

Tabel 2. Perbandingan kualitas susu kerbau dan sapiTernak    Total Solid    Fat    Protein    Laktosa
Kerbau Sungai    17,96    7,45    4,36    4,83
Kerbau Lumpur    18,34    8,95    4,18    4,78
Sapi Hotstein    12,50    3,60    3,25    4,60
Sapi Zebu    12,45    4,97    3,18    4,59


Sumber : Bahri dan Talib (2007).

Menurut Hasinah & Handiwirawan (2007) Kandungan kolesterol susu kerbau 43% lebih rendah dari susu sapi, sedangkan kadar kalsiumnya 65% lebih tinggi dari susu sapi. Untuk membuat 1 kg keju dibutuhkan 8 kg susu sapi, tetapi dengan susu kerbau cukup 5 kg saja, untuk membuat 1 kg mentega dari susu sapi dibutuhkan 14 kg, sedangkan dengan susu kerbau hanya membutuhkan 10 kg. Di pasaran internasional nilai susu kerbau lebih mahal dari susu sapi. Harga susu kerbau bisa mencapai 1,88 kali lebih mahal dari susu sapi. Dengan kata lain, secara komersial, pemasaran susu kerbau merupakan potensi yang tidak dapat diabaikan.


Umumnya Usaha ternak kerbau masih dilakukan secara perorangan, dengan tingkat kepemelikan rata-rata 2-3 ekor per kepala keluarga. Karena itu pemasaran susu kerbau dalam bentuk aslinya relatif kurang menguntungkan karena susu tidak dapat bertahan lama. Di samping itu, untuk menjangkau skala industri produksi susu kerbau tersebut masih belum memadai sehingga solusi yang paling efektif adalah dengan mengolah susu kerbau menjadi produk olahan seperti yogurt yang bisa bertahan lebih lama dan dapat diproduksi secara sederhana pada skala rumahtangga.

Melihat Potensi dan keungulan tersebut Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tembah petaternak kerbau adalah pemanfaatan susu kerbau sebagai salah satu komoditi yang dapat menghasilkan nilai ekonomi. Selama ini usaha peternakan kerbau di provinsi Banten masih bersifat gembala. Unsur pemeliharaan kandang dan kebutuhan nutrisi ternak sama sekali belum menjadi perhatian. Hendaknya ke depan dilakukan revitalisasi usaha ternak kerbau ini melalui peningkatan pengetahuan peternak tentang manajemen kandang yang baik (higienitas kandang), Pemberian nutrisi yang tepat, Pemilihan induk yang baik, serta usaha pemanfaataan susu kerbau beserta aspek ekonomisnya. Untuk stake holder terkait upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk wadah berupa koperasi atau semacamnya agar setelah peternak mempunyai kemampuan untuk menyediakan susu kerbau beserta olahannya dalam bentuk yoghurt mereka tidak bingung lagi harus menjual kemana. Mungkin keberhasilan usaha pemenfaatan susu sapi seperti di daerah pangalengan Jawa Barat bisa di adopsi untuk ternak kerbau ini.

(Diolah dari berbagai sumber/ oki)

dadiah dari sumatra barat


Dadih adalah produk olahan dari susu kerbau yang dibuat dengan cara fermentasi alami pada suhu kamar selama 2 hari (Sughita, 1995). Saat ini dadih dikonsumsi sebagai makanan adat, disuguhkan pada acara pernikahan dan pemberian gelar datuk di daerah Sumatra Barat. Selain di daerah Sumatra Barat dadih juga terdapat di daerah Riau. Umumnya dadih dikonsumsi langsung bersama nasi setelah diberi irisan bawang merah dan cabe merah, atau dadih dicampurkan ke dalam minuman es bersama emping ketan, santan dan gula merah (Sisriyenni dan Zurriyati, 2004). Dadih yang disenangi oleh konsumen adalah yang berwarna putih, bertekstur lembut dengan aroma spesifik (Sughita, 1994). Bagi penderita “laktosa intolerance”, mengkonsumsi dadih merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh manfaat dari susu (Pato et al, 2004). Namun dewasa ini yang menjadi masalah besar adalah konsumsi dadih yang terus menurun, sehingga menyebabkan masa depan dari produksi susu kerbau dan dadih menjadi suram (Ibrahim, 2006).

Pada saat proses fermentasi telah selesai susu kerbau akan mengental (curd), rasanya menjadi asam (0,99%), memiliki kandungan protein (6,81%), lemak (8,66%), vitamin A (80 SI) dan total bakteri asam laktat (16,0 x 105 CFU/ml) (Sisriyenni dan Zurriyati, 2004). Di dalam dadih terdapat bakteri asam laktat (salah satu jenis bakteri probiotik) yang berperan dalam pembentukan tekstur dan cita rasa. Adanya kandungan BAL seperti Lactobacillus,Streptococcus, Leuconostoc dan Lactococcus membuat dadih memiliki khasiat kesehatan antara lain menyeimbangkan mikroba dalam saluran usus, menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan diare, menurunkan terjadinya mutasi sel, menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Kandungan gizi dan manfaat kesehatan yang dimiliki dadih menjadikannya sebagai produk pangan yang potensial untuk dikembangkan sebagai industri. Dadih dapat diproduksi sebagai 1) makanan jajanan seperti jelly dengan berbagai cita rasa yang disesuaikan untuk kalangan berbagai usia, 2) minuman segar seperti yakult atau campuran es krim, 3) produk makanan siap saji dengan tekstur padat seperti keju, mentega dan dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan seperti lauk, isi roti lapis, pengisi makanan jajanan dan campuran berbagai jenis roti, 4) suplemen makanan dalam bentuk tablet, pil, powder, granula atau pasta yang berisi BAL asal dadih, baik dikonsumsi langsung ataupun

untuk memperkaya berbagai jenis makanan dan minuman dan 5) sebagai sumber flavoring Murwani, 2006).

Pembuatan dadih masih dilakukan secara tradisional dan belum ada standar cara pembuatannya. Oleh sebab itu kualitas dadih yang dihasilkan dari tiap daerah bervariasi, walaupun relatif tidak jauh berbeda. Kualitas dadih yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kualitas susu yang digunakan (Purnomo, 1996).

Dadih yang diproduksi di Sumatera Barat dibuat dengan bahan dasar susu kerbau dengan mengandalakan jasad renik yang ada di alam sebagai inokulan atau tanpa menggunakan starter tambahan. Mikroba diperkirakan dapat berasal dari daun pisang sebagai penutup bambu dan dari susu itu sendiri (Yudoamijoyo dkk., 1983) serta dapat juga dari tabung bambu yang digunakan (Zakaria dkk., 1998).

· Susu kerbau dimasukkan dalam tabung bamboo

· Ditutup dengan daun pisang yang sudah dilayukan di atas api dan diikat

· Disimpan dalam suhu ruangselama 24 jam

· dadih

Selasa, 22 Februari 2011

DASAR REPRODUKSI TERNAK

Setiap orang yang membudidayakan ternak selalu berusaha untuk meningkatkan produksi ternaknya. Beberapa cara dan teknologi baru dicoba diterapkan dalam manajemen budidaya ternak. Performans dari ternak ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, dimana faktor lingkungan memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor genetik. Prosentase faktor lingkungan sebesar 70%, sedangkan faktor genetiknya sebesar 30%.





Secara akumulasi, keberhasilan suatu usaha atau budidaya ternak ditentukan oleh segitiga produksi. Yakni terdiri dari feeding, breeding dan manajemen. Jika peternak sudah dapat menerapkan segitiga produksi ini dengan baik, maka produktivitas ternak tinggi dan akan semakin meningkat. Breeding atau pembibitan merupakan hal penting yang tidak boleh dikesampingkan, karena walaupun feeding dan manajemennya sudah baik akan tetapi pembibitannya (breeding) kurang baik maka akan memiliki pengaruh yang nyata pada produtivitas ternak.




Breeding tidak dapat dipisahkan dari ilmu reproduksi pada ternak. Oleh karena itu, sebagai peternak selain menguasai ilmu praktis juga dituntut untuk dapat menguasai ilmu dasarnya. Sebelum mulai belajar mengetahui proses reproduksi, maka diperlukan adanya pengenalan organ-organ reproduksi. Pada kesempatan ini, akan diulas mengenai pengenalan organ reproduksi pada ternak betina.





Ternak betina memiliki organ reproduksi yang terdiri dari beberapa macam organ, dimana setiap organ memiliki fungsi masing-masing yang saling mendukung. Organ-organ reproduksi ternak penting yang memiliki peran dalam proses reproduksi ternak yaitu Ovari, Tuba Falopii (Oviduct), Uterus, Serviks dan Vagina. Organ-organ ini merupakan organ vital pada alat reproduksi ternak betina.




Ovari merupakan organ betina yang terletak didalam rongga tubuh dan letaknya berada didekat ginjal. Ovari berfungsi untuk menghasilkan ovum (ova) yang jika dibuahi oleh spermatozoa pejantan maka akan berubah menjadi embrio. Pada ternak sapi ovari memiliki bentuk mirip biji buah almond dengan berat sekitar 10 sampai 20 gram. Ovari dirangsang untuk melepaskan ovum kedalam infundibulum dari tuba fallopii atau oviduk. Ovum bergerak menuju infudibulum dari tuba fallopii dengan ciliatet action dan kontrksi otot kemudian menuju uterus.




Uterus merupakan organ reproduksi yang terdiri dari struktur yang mirip dengan tanduk domba, dengan satu badan yang sama. Tanduk uterus pada ternak sapi membentuk suatu puntiran spiral lengkap sebelum kemudian bersambung dengan oviduct. Serviks merupakan suatu struktur yang mirip spingter yang memisahkan antara uterus dengan rongga vagina. Serviks berperan dalam proses menutupnya uterus untuk melindungi masuknya bakteri atau bahan-bahan asing. Sedangkan vagina merupakan organ yang berfungsi sebagai organ kopulasi pada betina dan tempat menumpahkan semen oleh penis pejantan.





Demikian pengenalan dasar mengenai organ reproduksi pada ternak betina. Pengenalan lebih lanjut mengenai organ reproduksi betina akan diulas pada artikel berikutnya. Jika ada masukan atau hal yang perlu didiskusikan mengenai isi dari artikel ini silahkan tinggalkan pesan pada komentar di bawah tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Diposkan oleh Priyono, S.Pt, M.Si di 10:23

Memanfaatkan Sumberdaya Pakan Lokal untuk Ternak Ayam Buras

Priyono, S.Pt

Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro

Email: priyono.spt@gmail.com



Ternak ayam buras merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebagian besar masyarakat kita. Sebagian besar masyarakat kita baik yang berada di wilayah pedesaan maupun yang berada di wilayah pinggiran kota memelihara ternak ayam buras. Tujuan pemeliharaan ayam buras tersebut umumnya dalam skala kecil, yaitu hanya beberapa ekor saja sebagai tabungan jika sewaktu-waktu membutuhkan uang. Ternak ayam buras merupakan ternak yang lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Ayam buras juga masih tetap bertahan walaupun diberikan pakan seadanya.

Meskipun demikian, ayam buras memiliki produktivitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Hal tersebut dimungkinkan karena sistem pemeliharaan dan manajemen pakan yang kurang baik. Akan tetapi, pemeliharaan ayam buras ini tidak tergantung akan musim seperti pada tanaman pertanian, sehingga pemeliharaan ternak ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Zainuddon dan Wahyu (1995) mengemukakan bahwa produksi telur ayam buras yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 40% , sedangkan jika dipelihara sevara semi intensif produksi telurnya 29% (Soepeno et al., 1996) dan jika dipelihara secara ekstensif produksi telurnya hanya 13%.

Setiap usaha ternak tidak terkecuali usaha ternak ayam buras, pakan merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan usaha. Tanpa mendapatkan asupan pakan yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka produksi ternaknya akan terganggu. Jika pemeliharaan dilakukan secara intensif, pakan menyumbang biaya terbesar dalam proses produksi yang dapat mencapai 70%nya. Oleh karena itu, harga bahan baku akan sangat menentukan dari biaya pakan. Jika bahan bakunya masih impor tentu harga pakannya juga relatif lebih mahal dibandingkan dengan bahan pakan yang berasal dari negeri sendiri. Bahan baku yang sampai saat ini masih harus diimpor yaitu bungkil kedelai dan tepung ikan. Mengingat di negara kita, bahan tersebut masih bersaing dengan pemenuhan untuk kebutuhan manusia. Sedangkan bahan baku lokal sebagian besar merupakan ikutan dari usaha agroindustri yang umumnya memiliki kualitas yang rendah.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa problem diatas yaitu dengan cara memaksimalkan potensi sumberdaya pakan lokal. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan ransum dari bahan lokal yaitu kontinyuitas bahan yang memadai, kandungan gizi dan kualitas dari bahan pakan, zat antinutrisi yang terkandung pada bahan pakan dan harga bahan pakan tersebut di pasaran. Pemanfaatan bahan pakan lokal tersebut juga harus memperhatikan apakah bahan lokal tersebut perlu diolah terlebih dahulu, misalnya dilakukan fermentasi, dipanaskan, digiling dan perlakuan lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi maupun daya cerna dari pakan yang bersangkutan.

Strategi pemberian pakan pada ayam buras juga harus memperhatikan dari umur ayam tersebut. Zainudin et al. (2000) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ayam buras atau ayam lokal dapat diberikan dalam 4 periode, yaitu: (1) Periode starter, umur 1 hari – 8 minggu; (2) Periode grower-1, umur 8 – 12 minggu; (3) Periode Grower-2, umur 12 – 18 minggu; dan (4) Periode layer, umur diatas 18 minggu. Jika pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan atau kuantitas pakannya berlebihan, maka produktivitasnya akan terganggu. Semoga bermanfaat.

Referensi:

Soepeno.A., N. Mulyadi, dan P. Sitorus. 1996. Analisa pulang poko (“Break Even”) pada usaha ternak ayam buras secara intensif di pedesaan Riau. Temu Ilmiah. Hasil-hasil Penelitian Peternakan 9-11 Januari. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.



Zainuddin, D. dan Wahyu. 1995. Suplementasi probiotik starbio dalam pakan terhadap prestasiayam buras petelur dan kadar air feses. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. hal: 509-513. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Zainuddin, D., S.Iskandar dan B. Gunawan. 2000. Pemberian tingkat eneri dan asam amino esensial sintetis dalam penggunaan bahan pakan lokal untuk ransum ayam buras (Generasi II). Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Bogor.
Diposkan oleh Priyono, S.Pt, M.Si di 21:06

Pemanfaatan Limbah

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH ELEKTROPLATING
APAKAH LIMBAH INDUSTRI LAPIS LISTRIK (ELEKTROPLATING)
Limbah industri elektroplating berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dan hasil dari proses pelapisan. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah bahan beracun sehingga limbah yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan manusia baik yang terlibat langsung dengan kegiatan industri maupun yang di sekitar perusahaan.

PROSES PELAPISAN LISTRIK (Elektroplating)
Pelapisan logam merupakan pengendapan satu lapisan logam tipis pada suatu permukaan logam atau plastik yang dilakukan dengan tenaga listrik, tetapi bias juga bisa dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia.

JENIS LIMBAH DAN BAHAYANYA
1. Limbah Asam
Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir, selaput mata dan saluran pernapasan.
2. Limbah Basa
Bahan-bahan basa seperti ammonium hidroksida, potassium hidroksida, sodium hidroksida, sodium sianida, sodium karbonat, sodium pryophospat, sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitu bahaya bagi sistem saluran pernafasan, tetapi dapat mengiritasi kulit.
3. Limbah Garam dan Senyawa Lainnya
Sianida sangat beracun, dan dapat mematikan bila tertelan. Menyebabkan iritasi kerongkongan, pusing-pusing, mabuk, mual, lemah dan sakit kepala dan bahkan berhenti bernafas.
SUMBER LIMBAH CAIR
Limbah cair industri pelapisan bermacam-macam, bersifat asam atau basa yang mengandung sianida beracun dan logam. Sumber limbah berupa larutan di dalam bejana itu sendiri 
atau air bilasan. Sumber utama air limbah adalah larutan pembilas yang agak encer, dan sering mengandung 5 mg/l - 50 mg/l ion logam beracun.
Larutan dalam bejana yang berkonsentrasi tinggi jarang dibuang, akan tetapi jika dibuang, dampak racunnya terhadap air penampung limbah mungkin besar.
Pembuangan lemak dengan pelarut membuat pelarut itu sendiri menjadi limbah dan limbah di air bilasan. Kebanyakan pelarut itu berbahaya terhadap lingkungan karena mengandung: silene, tetrakloro-etilena, metilen klorida, aseton, keton, dan lain-lain. Larutan alkali pembersih mengandung padatan tersuspensi, lemak, sabun, dan tingkat pH-nya tinggi.
Pengasaman menghasilkan pembuangan larutan asam secara berkala, dan air bilasan dengan pH rendah.
Pelapisan, perendaman, dan pencelupan dalam sianida menghasilkan larutan yang mengandung sianida dan logam yang dilapisi.
Air cucian lantai sering tercemar oleh percikan, tetesan dan tumpahan larutan pembersih, larutan pengupas, dan larutan pelapis.
PENGOLAHAN LIMBAH

A. Pengolahan Limbah CairPengolahan limbah dalam industri pelapisan diutamakan pada penghilangan logam, asam, alkali, sianida dan kadang-kadang pelarut yang membahayakan lingkungan. Karenanya diperlukan langkan terpisah untuk menghilangkan masing-masing komponen, maka aliran limbah harus dipisahkan sebelum diolah. Untuk operasi kecil, pengolahan secara batch sering berhasil baik. Pengolahan secara batch memerlukan daya tampung untuk penyamaaan dan penetralan, baik sebelum dan sesudah pengolahan.
Biasanya pabrik pelapisan memisahkan aliran limbahnya menjadi limbah yang mengandung sianida, limbah yang mengandung krom, dan limbah-limbah lainnya (logam, asam dan alkali).
Sianida dihancurkan dengan oksidasi. Klorinasi basa dengan menggunakan kostik dan kemudian klor (gas atau hipoklorit) adalah cara efektif, tetapi harus diikuti penambahan tiosulfat untuk menghilangkan klor. Ozonisasi, hydrogen peroksida dan oksidasi secara elektrolisis juga dipakai secara terbatas. Penghancuran "alami" dengan menggunakan oksidasi dari udara di dalam kolam-kolam besar dapat digunakan jika tempat tersedia. Pengendapan sianida dengan ferisulfat tidak boleh digunakan , karena efektivitasnya rendah dan menghasilkan gas sianida dan sianida bebas setelah mengalami pemecahan rumit selama beberapa waktu.
Krom dapat diendapkan sesudah direduksi menjadi bentuk bermartabat tiga, yang kurang beracun. Pada ph rendah belerang dioksida, natrium bisulfit, ferosulfat atau metabisulfit dapat digunakan untuk mereduksi krom bermartabat enam. Larutan krom tereduksi yang dihasilkan biasanya dicampur dengan larutan sianida yang telah diolah dan limbah pelapisan lainnya untuk diolah lebih lanjut.
Cara lain pengolahan krom adalah oksidasi langsung dan pengendapan dengan natrium hidrosulfat atau hidrazin, reduksi elektrokimia, penguapan atau penukaran ion.
Logam diendapkan pada pH tinggi dengan penambahan kapur dan/atau kostik. Logam yang berbeda mengendap pada tingkat pH yang berbeda antara 8 sampai 11, sehingga agar pengolahan berlangsung efektif, perlu dilakukan dalam beberapa tahap, masing-masing logam dalam satu tahap. Zat Bantu penggumpal seperti feriklorida, tawas dan polielektrolit sering digunakan untuk membantu pemisahan zat padat-cair.
Penjernihan perlu dirancang dengan benar agar lumpur hidroksida logam dapat dipisahkan dengan tuntas. Untuk mengurangi volume Lumpur digunakan operasi pengurangan air (meningkatkan kadar padatan dari 2% menjadi 50%).
Sistem pengolahan lain yang telah diterapkan pada industri elektroplating adalah
  1. Elektrodialisis untuk memperoleh kembali ion logam dalam larutan pelapisan
  2. Osmosis balik digunakan untuk memperoleh kembali garam pelapisan dan larutan
  3. Penukaran ion adalah proses lain untuk memperoleh kembali logam yang digunakan di banyak pabrik pelapisan
  4. Penguapan memerlukan modal dan biaya energi yang tinggi, tetapi telah dipakai di beberapa tempat untuk menghemat biaya logam dan biaya bahan kimia
  5. Saringan pasir bekerja baik pada tahap penghalusan akhir sesudah pengendapan.
B. Penanganan Limbah PadatLumpur yang dihasilkan oleh pengolahan air buangan merupakan sumber utama limbah padat dalam pabrik pelapisan. Sumber-sumber lain adalah dari sistem perolehan kembali larutan, sistem perolehan kembali logam dan endapan saringan. Limbah padat mengandung semua logam berat beracun yang berasal dari operasi pelapisan dan harus ditangani secara hati-hati.
Endapan hidroksida logam dapat larut kembali bila kena hujan pada pH 5,5 sampai 6,5. Lumpur harus dihilangkan airnya dengan menggunakan saringan bertekanan, saringan sabuk atau unggun pasir pengering. Lumpur yang telah dihilangkan airnya harus disimpan pada tempat tertutup sampai dapat ditemukan tempat penimbunan tanah yang aman dan dapat mencegah penyebaran logam karena kebocoran. Saat ini di Eropa, operator-operator industri pelapisan logam memperoleh kembali logam-logam dari Lumpur dengan teknologi ekstraksi asam.
MINIMISASI LIMBAH

A. MENGURANGI LIMBAH Pengurangan/pencegahan limbah pada pelapisan dapat mengurangi banyak volume dan kadar limbah, karena itu dapat mengurangi biaya untuk pengolahan dan biaya bahan kimia yang mahal. Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk mengurangi limbah:
1.      Pembilasan dengan aliran berlawanan atau penyemprotan
2.      Penggunaan katup kendali aliran pada saluran penyediaan air
3.      Penundaan operasi di atas penangas atau tangki pembilas supaya penirisan tuntas
4.      Penggunaan tangki peniris dan atau tangki penarik, dan alat pengocok untuk memperbaiki penirisan
5.      Penggunaan dinding penahan percikan, bibir penahan, dan tangki penampung untuk menampung percikan, tumpahan dan bocoran
6.      Daur ulang larutan penangas yang masih pekat
7.      Pemisahan limbah yang mengandung asam, alkali, sianida dan krom
8.      Pemisahan pelarut dan minyak untuk digunakan lagi (distilasi atau penggunaan di luar pabrik), atau penggunaan alkali menggantikan pelarut untuk pembersihan
9.      Penggunaankrom bermartabat tiga menggantikan yang bermartabat enam, dengan kemungkinan penurunan mutu hasil
10.  Penggunaan tembaga sulfat atau tembaga pirofosfat untuk menggantikan tembaga sianida, jika mungkin dan
11.  Penggunaan penangas pelapis seng, yang bersifat asam dan alkali untuk menggantikan seng sianida yang lebih membahayakan lingkungan.
B. PEMANFAATAN LIMBAH1. Pemanfaatan/Penggunaan Kembali
Air pembilas dan larutan elektrolit dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh air keluaran dari tangki pembilas dari proses pembersihan asam dapat dipergunakan sebagai air masukan untuk tangki pembilas proses pembersihan lemak. Larutan bekas pembersihan asam dapat dipakai untuk pengaturan pH dalam proses pengolahan reduksi krom.
2. Pengambilan Bahan Yang Berguna
Pengambilan bahan yang berguna dapat dilakukan jika secara ekonomis dianggap layak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan ekonomi adalah volume limbah yang mengandung logam-logam, konsentrasi logam di dalam limbah, dan kemampuan disirkulasi beberapa logam. 
Beberapa teknologi yang digunakan untuk mengambilkembali logam dan garam logam meliputi:
a. penguapan
b. osmose balik
c. penukar ion
d. elektrolitik recovery
e. elektrodialisa
Sumber: 
Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia; Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu, Clifton Potter, M. Soeparwadi, Aulia Gani, Penyunting SN Kartikasari, Agus Widyantoro, Project of the Ministry of State for the Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada, 1994.
Buku Panduan: Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Lapis Listrik. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1996.

Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Ikan
Apakah Limbah Ikan itu ?
Dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu menghasilkan limbah ikan yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkanuntuk membuat tepung ikan.
Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas, babi dan makanan ikan.
Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan.
Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging ternak dan ikan.
Usaha pembuatan tepung ikan dapat menggunakan limbah ikan karena relatif murah dan mudah didapat, juga menggunakan peralatan sederhana. Usaha ini diharapkan dapat menjadi produk andalan industri kecil.
Nilai Gizi
Kandungan gizi tepung ikan tergantung dari jenis ikan yang digunakan sebagai bahan bakunya. Tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung komponen-komponen sbb :
·         Air 6-100 %
·         Lemak 5-12 %
·         Protein 60-75 %
·         Abu 10-20 %
Selain itu karena dibuat dari kepala dan duri ikan maka tepung ikan juga mengandung :
·         Ca fosfat
·         Seng
·         Yodium
·         Besi
·         Timah
·         Mangan
·         Kobalt
·         Vitamin B 2 dan B 3
Bahan Baku Tepung Ikan
·         Limbah ikan dari industri pengalengan ikan
·         Ikan kurus: ikan-ikan kecil misalnya teri ( Solepherus sp )
·         Ikan gemuk: ikan petek ( Leioguanathus sp )
Cara Pembuatan Tepung Ikan
1.      Bahan limbah dipotong kecil-kecil dalam bak pencucian dengan air yang mengalir.
2.      Dilakukan penggaraman selama 30 menit.
3.      Khusus untuk ikan gemuk tambahkan air hingga terendam dan dimasak selama 1 jam. Untuk ikan kurus dimasak dalam dandang selama 30 menit, kemudian ikan yang sudah matang dimasukkan ke dalam alat pengepres.
4.      Ikan yang telah di pres digiling.
5.      Ikan yang telah dipres dikeringkan pada suhu 60 - 65 derajat Celcius selama 6 jam di dalam alat pengering untuk ikan basah, dan ikan kering dikeringkan dengan sinar matahari.
6.      Ikan yang telah dipres dan kering digiling sampai lembut.
7.      Tepung ikan siap dipasarkan.

Bahaya Limbah
Limbah ikan jika tidak dikelola ( dimanfaatkan lebih lanjut ) akan menimbulkan pencemaran bau yang menyengat, karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bias menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat (misalnya muntaber).

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH TAPIOKA
APA TAPIOKA ITU ?
Tapioka adalah tepung dengan bahan baku ketela pohon dan merupakan salah satu bahan untuk keperluan industri makanan, industri farmasi, industri tekstil, industri perekat, dll.
TEKNOLOGI PEMBUATAN TAPIOKA
Teknologi pembuatan tapioka pada industri kecil adalah sebagai berikut :
1.     Pengupasan kulit dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan pisau
2.      Pencucian dilakukan dengan cara menyemprotkan air bersih
3.     Pemarutan dilakukan secara mekanis yang digerakkan dengan mesin diesel. Hasil parutan adalah bubur ketela. Pada tahap ini air ditambahkan agar pemarutan lebih lancar.
4.      Pemerasan dan penyaringan (pengekstrakan), dapat dilakukan dengan cara :
 
o        Pengekstrakan pati dilakukan dengan tangan manusia, diatas kain kasa. Dari atas dialirkan air sedikit demi sedikit menggunakan gayung yang dikerjakan dengan tenaga manusia.
o        Pengekstrakan dilakukan secara mekanis, yaitu menggunakan saringan bergetar. Saringannya berupa kasa halus. Diatas saringan bergetar tersebut air disemprotkan melalui pipa-pipa. Untuk memberikan tekanan yang tinggi digunakan pompa yang digerakkan dengan mesin diesel.
5.      Pengendapan pati dilakukan di dalam bak-bak pengendapan. Bak pengendapan biasanya terbuat dari kayu, pasangan batu bata yang dilapisi porselin, pasangan batu bata biasa atau beton, bahkan ada bak pengendap yang dasarnya diberi alas kaca atau kayu. Lama pengendapan yang baik adalah empat jam dan pembuangan air tidak boleh lebih dari satu jam, karena setelah lima jam sudah mulai terjadi pembusukan.
6.      Setelah pengendapan dianggap cukup, air yang diatas dibuang sebagai limbah cair dan tepung tapioka basah diambil. Beberapa pengrajin menambah bak pengendap lagi untuk mengendapkan limbah cair sebelum dibuang. Hasil endapannya dinamakan lindur atau elot yaitu pati yang kualitasnya jelek. Cara ini dapat menekan beban pencemaran.
7.      Setelah pati diambil, diletakkan pada tampi-tampi bambu, kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
8.      Pati hasil pengeringan masih kasar, sehingga perlu digiling dan dilakukan penyaringan untuk menghasilkan tapioka halus. Rendemen pati biasanya berkisar antara 19% - 25%.

SUMBER LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS INDUSTRI TAPIOKA
Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau proses pengendapan.
Limbah padat berasal dari proses pengupasan ketela pohon dari kulitnya yaitu berupa kotoran dan kulit dan pada waktu pemrosesan yang berupa ampas yang sebagian besar berupa serat dan pati.
Penanganan yang kurang tepat terhadap hasil buangan padat dan cair akan menghasilkan gas yang dapat mencemari udara.
BAHAYA LIMBAH TAPIOKA
Limbah industri tapioka apabila tidak diolah dengan baik dan benar dapat menimbulkan berbagai masalah yaitu :
·         Penyakit, misalnya: gatal-gatal
·         Timbul bau yang tidak sedap
·         Air limbah bila masuk kedalam tambak akan merusak tambak sehingga ikan mati
·         Estetika sungai berubah.
PENANGANAN LIMBAH TAPIOKA
Didalam kegiatan pengendalian pencemaran limbah, tidak hanya dilakukan pengolahan limbah saja, namun kegiatan untuk mengurangi jumlah limbah yang keluar dari industri juga merupakan suatu langkah yang akan membantu menurunkan beban pencemaran.
Penanganan limbah tersebut sudah harus dimulai dari tahap pemilihan bahan baku hingga akhir proses produksi, disamping itu juga pengendalian dampak setelah proses produksi. Sehubungan dengan itu maka dibutuhkan informasi pemilihan bahan baku yang bersih dari bahan pencemar, teknologi proses yang bersih yang mampu menghasilkan limbah yang sedikit, efisiensi energi proses yang tinggi, serta didukung teknologi daur ulang bahan buangan dan penanganan limbah yang sangat diperlukan.
PEMANFAATAN LIMBAH TAPIOKA
Limbah padat dan cair dari tapioka dapat dimanfaatkan sebagai:
1. 
Limbah padat:
·         Makanan ternak
·         Pupuk
·         Bahan campuran saus, sirup glukosa
·         Obat nyamuk bakar
2. Limbah cair:
Minuman nata de cassava

Sumber :
1.      Buku panduan Penanganan Limbah Cair Industri kecil Tapioka
oleh : Nurhasan dan Bb. 
Pramudyanto
2.      Buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Tapioka di Indonesia
oleh : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1996

INFORMASI PRAKTIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH TAHU TEMPE
Apakah limbah tahu tempe itu ?
Limbah tahu tempe adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu tempe maupun pada saat pencucian kedele. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut.
Setiap kuintal kedele akan menghasilkan limbah 1,5 - 2 m3 air limbah.
Proses pembuatan tahu tempe

Jenis limbah tahu tempe 
Limbah cair :
·         sisa air tahu yang tidak menggumpal
·         Potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya proses penggumpalan
·         Limbah tahu tempe keruh dan berwarna kuning muda keabu-abuan dan bila dibiarkan akan berwarna hitam dan berbau busuk
Bahaya limbah Tahu-Tempe 
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. 
Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Penanganan Limbah Tahu-Tempe
·         Menggunakan alat yang dapat menghasilkan tahu yang lebih baik dan sedikit menghasilkan limbah.
·         Dengan penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production). Penataan proses produksi yang baik dari mulai tempat proses pencucian, penempatan peralatan yang tepat, penggunaan air yang bersih sehingga limbah padat maupun limbah cair berkurang.
Pemanfaatan Limbah Tahu Tempe
·         Makanan ternak
·         Dibuat makanan nata de soya
·         Dibuat makanan kecil contohnya castangell, stick tahu

Sumber: Penanganan air Limbah Pabrik Tahu oleh Nurhasan & Bb. Pramudyanto. Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari). 1991

PENGOLAHAN & PEMANFAATAN LIMBAH TEKSTIL
APAKAH LIMBAH TEKSTIL ITU ?
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.

PROSES PEMBUATAN TEKSTIL
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.
SUMBER LIMBAH
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
JENIS LIMBAH
1. Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
2. Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing)
3. Pigmen, zat warna dan pelarut organic
4. 
Tensioactive (surfactant)

PENANGANAN LIMBAH
1.      Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil adalah program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
o        Pengukur dan pengatur laju alir
o        Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
o        Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
o        Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
o        Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
o        Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan (make-up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk membuat penangas pemasakan atau penggelantangan)
o        Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
o        Pembilasan dengan aliran berlawanan
2.      Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa pula :
o        Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD
o        Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang kadarnya kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
o        Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang menghasilkan BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3.      Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah proses pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna dengan dasar air untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan pewarna yang mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia dan pengendapan dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam menghasilkan lumpur yang sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan permukaan kain yang terbuka dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang tidak berarti.
4.      Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat warna, maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan diolah tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari pengolahan kimia dapat dicampur dengan semua aliran limbah yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan biologi.
Jika pabrik menggunakan pewarnaan secara terbatas dan menggunakan pewarna tanpa krom atau logam lain, maka gabungan limbah sering diolah dengan pengolahan biologi saja, sesudah penetralan dan ekualisasi. Cara-cara biologi yang telah terbukti efektif ialah laguna aerob, parit oksidasi dan lumpur aktif. Sistem dengan laju alir rendah dan penggunaan energi yang rendah lebih disukai karena biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah. Kolom percik adalah cara yang murah akan tetapi efisiensi untuk menghilangkan BOD dan COD sangat rendah, diperlukan lagi pengolahan kimia atau pengolahan fisik untuk memperbaiki daya kerjanya.
Untuk memperoleh BOD, COD, padatan tersuspensi, warna dan parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang lebih unggul yaitu dengan menggunakan karbon aktif, saringan pasir, penukar ion dan penjernihan kimia.
PEMANFAATAN LIMBAH
Industri tekstil tidak banyak menghasilkan banyak limbah padat. Lumpur yang dihasilkan pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil. Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain adalah dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Jika lumpur mengandung logam, maka ia harus disimpan ditempat yang aman, sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang dikembangkan di Indonesia, dan yang ada pada saat ini adalah Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG AREN
Aren
Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Pohon aren banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih, maka batang pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tuapun sulit diambil dari batangnya.
Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari akar (untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok. Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling, air nira untuk bahan pembuatan gula merah/cuka dan pati/tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan. 
Untuk dapat diambil patinya (tepungnya), pohon aren harus sudah berumur sekitar 20 tahun. Sampai saat inipun ternyata tepung dari batang pohon aren belum ada penggantinya (tepung substitusinya), sebab tepung aren memiliki keunggulan yang khas. Oleh karena itu sudah seharusnya dipikirkan dan diambil kebijaksanaan berupa langkah nyata pengembangan pohon aren.
Cara Membuat Tepung Aren
Pembuatan tepung aren dilakukan melalui terlebih dahulu menebang batang pohon aren kemudian dipotong-potong sepanjang 1,25 - 2 meter. Potongan batang aren kemudian dipecah membujur menjadi empat bagian yang sama besarnya sehingga nampak bagian dalamnya dimana terdapat empelur yang mengandung sel-sel parenchym penyimpan tepung. Kemudian empelur dipisahkan dari kulit dalamnya, kemudian dipotong-potong menjadi 6-8 bagian, lalu digiling dengan menggunakan mesin parut. Hasil parutan berupa serbuk yang keluar dari mesin dikumpulkan kemudian diayak untuk memisahkan serbuk-serbuk dari serat-seratnya yang kasar. Proses selanjutnya adalah mengambil tepung dari serbuk-serbuk halus.

Produk Dari Tepung Aren
Tepung aren dapat digunakan untuk pembuatan bermacam-macam produk makanan, terutama produk yang sudah dikenal masyarakat luas, yaitu soun, cendol, bakmi, dan hun kwe.
Sumber Limbah
1.      Limbah cair hasil dari proses pemarutan dan pengendapan tepung aren
2.      Limbah padat yang berupa ampas serbuk dan kulit batang aren yang telah diambil kulit empelurnya.
Dampak limbah terhadap lingkungan
Limbah cair yang dihasilkan jika tidak diproses terlebih dahulu maka akan menyebabkan timbulnya bau disekitar lingkungan dan air sungai menjadi keruh kecoklatan yang disebabkan oleh proses pemarutan dan pengendapan.
Penanganan Limbah
Penanganan limbah cair dapat dilakukan mulai dari proses pemarutan hingga perendaman, dimana limbah yang dihasilkan diproses terlebih dahulu pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sederhana dan tidak langsung dibuang ke sungai.
Pemanfatan limbah
1. Ampas serbuk
Limbah serbuk yang diperoleh dari serbuk yang sudah diambil tepungnya dapat dipisahkan menjadi 3 macam, yaitu serbuk-serbuk kecil, serbuk-serbuk besar, dan serat-serat panjang. 
Secara sederhana keseluruhan serbuk dapat digunakan untuk bahan bakar, pupuk organik pada tanaman, dan dapat memperbaiki struktur tanah. Khusus serat-serat panjang dapat digunakan untuk kasur tempat duduk (kursi atau jok mobil) dan makanan ternak (sapi, kuda) setelah diproses permentasi atau cukup dicampur dengan dedak limbah penggilingan gabah.
2. Kulit batang
Pohon aren yang sudah diambil kulit empelurnya maka tinggal kulit dalam dan kulit luar batangnya. Kulit batang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar sehingga mempunyai nilai ekonomi jika dijual. Sedangkan kulit batang pada pangkal batang pohon dapat digunakan untuk membuat tangkai kampak, tangkai cangkul dan lainnya.

Sumber: Aren, Budidaya dan Multigunanya 
Oleh: Ir. Hatta Sunanto, BSc, MS

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN
INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Industri Penyamakan Kulit yang menggunakan proses Chrome Tanning menghasilkan limbah cair yang mengandung Krom. Krom yang dihasilkan adalah krom bervalensi 3+ (trivalen) yang diperoleh dari proses penyamakan Krom (chrome tanning). Limbah cair maupun lumpurnya yang mengandung Krom Trivalen ini dapat membahayakan lingkungan karena Krom Trivalen dapat berubah menjadi Krom Heksavalen pada kondisi basa yang merupakan jenis limbah B3 yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Proses Produksi
Proses dalam industri penyamakan kulit bertujuan untuk merubah kulit hewan menjadi lembaran-lembaran kulit jadi yang siap untuk dipergunakan menjadi bahan baku produk kulit seperti : sepatu, tas, kerajinan, dll.
Proses dalam industri penyamakan kulit dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : beamhouse process, tanhouse, dan finishing process.

Jenis Limbah
Dari proses penyamakan kulit secara garis besar limbah industri penyamakan kulit dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah Cair
2. Limbah Padat
3. Limbah Gas
Karakteristik limbah pada tiap proses seperti tertera di bawah ini:
No.
Proses
Bahan
Karakteristik Limbah Cair
1.
Perendaman
Air, Sodium Hipoklorida
Mengandung Sodium Hipoklorida
2.
Pengapuran
Air, Air Kapur (Kalsium Hidroksida)
Bersifat basa
3.
Pembuangan bulu dan bekas daging
Air, Sodium Sulfida
Bersifat alkalin, limbah Hidrogen Sulfida
4.
Penghilangan kapur
Enzim, Garam Amonium
Bersifat basa, limbah gas amonia
5.
Pencucian
Air
Bersifat basa
6.
Pengasaman
Air, Asam Sulfur, Sodium Klorida
Bersifat asam
7.
Proses Krom
Krom dioksida, Sodium Klorida, Sodium Bikarbonat
Bersifat asam mengandung Krom Trivalen
8.
Pemutihan
Air, Natrium Karbonat, Asam Sulfat
Bersifat asam
9.
Pencucian
Air
Bersifat asam, mengandung Krom
10.
Fat Liquoring
Minyak
Mengandung minyak
11.
Pemucatan
Bahan pemucat
Mengandung zat pemucat
 Penanganan Limbah
1. Penerapan Cleaner Production
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi sehingga mengurangi resiko negative terhadap manusia dan lingkungan
Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari proses.
Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan limbah atau bahan pencemaran pada sumbernya merupakan elemen utama dari produksi bersih. Kegiatan yang merupakan penerapan produksi bersih adalah:
·         Penghematan pemakaian air pencucian/pembilasan
·         Penghematan pemakaian zat kimia, misalkan penyamakan menggunakan garam krom dengan kadar larutan cukup dengan 8% tidak perlu dipakai 12%
·         Modifikasi proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah bahan-bahan yang dipakai dapat dikurangi (air, kapur, sulfida) atau dengan pemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengapuran.
·         Pemakaian teknologi dan peralatan yang tepat.
2. Pemisahan Krom
Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan mengendapkan kembali sebagai Krom Hidroksida dengan jalan penyaringan yang kemudian di daur ulang dengan cara sbb: Air buangan dari penyamakan kromdan air pencucian (sebanyak 2 x 100% air) yang sudah bebas dari padatan diberi larutan magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam, yang kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan sampai endapannya ikut tesedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari endapan akan mengandung Krom kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung dibuang atau dipakai untuk daur ulang.
Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan memberikan suatu larutan Krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih membutuhkan penambahan Krom kira-kira sejumlah 30%.
Pemanfaatan Limbah
Limbah padat dapat digunakan untuk :
·         pakan ternak
·         pupuk
·         lem kayu
·         asbes, hardboard
·         bahan pembuat karpet

Sumber: Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit. Buku Panduan. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1996.
Pemanfaatan Limbah Cair dan Padat dari Penyamakan Kulit. Disampaikan pada Raker Pengendalian Pencemaran Air Akibat Limbah Usaha Kecil oleh Dr. Ir. Johny Wahyuadi S., DEA